Harga Gandum Menggila, Ancaman Pangan Bagi Global
Oleh Reko Suroko
MAS REKO.COM, Surakarta– Harga gandum menggila dan ini ancaman bagi pangan dunia.Melonjaknya harga gandum ke rekor tertinggi pada Senin (16/5).
Kenaikan itu dipengaruhi oleh sikap India yang membuat kebijakan larangan ekspor komoditas tersebut setelah gelombang panas menghantam produksi.
Baca Juga : Tim Beregu Badminton Putri Indonesia Gagal Raih Emas SEA Games Vietnam
Melansir dari AFP, harga meroket jadi 435 euro per ton saat pasar di Eropa dibuka.
Kenaikan harga gandum secara global sudah meroket. Itu terjadi di tengah kekhawatiran pasokan sejak invasi Rusia ke wilayah pembangkit tenaga pertanian Ukraina pada Februari lalu.
Perlu diketahui, pembangkit tenaga pertanian tersebut telah menyumbang 12 persen dari ekspor gandum global.
Kenaikan harga semakin buruk lantaran kekurangan pupuk, sehingga panen menjadi gagal. Hal tersebut memicu inflasi secara global. Dan menimbulkan kekhawatiran kelaparan dan kerusuhan sosial di negara-negara berpendapatan rendah.
Perlu diketahui, India sebagai produsen gandum terbesar kedua di dunia telah melarang ekspor pada Sabtu kemarin.
Baca Juga : Asnawi Absen Lawan Thailand di Semi Final SEA Games
Sejumlah faktor-faktor tertentu termasuk produksi menjadi lebih rendah dari biasanya. Harga global pun mengalami peningkatan tajam akibat kekhawatiran keamanan pangan 1,4 miliar masyarakat di sana.
Meskipun kesepakatan ekspor tetap akan dipenuhi sebelum kebijakan diterbitkan pada 13 Mei lalu. Akan tetapi, pengiriman ekspor gandum ke depannya akan membutuhkan persetujuan pemerintah
Ekspor Bisa, Jika…
Ekspor bisa saja dilakukan jika pusat pemerintahan India di New Delhi menyetujui permintaan dari pemerintah negara lain. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ketahanan pangan mereka.
India juga sebelumnya diketahui sempat menyebutkan siap membantu mengisi kekurangan pasokan yang disebabkan perang Ukraina dan Rusia.
Baca Juga : SEA Games 2021: Tim Bulu Tangkis Putri Indonesia ke Final, Bungkam Vietnam 3-1
Sehingga, larangan ekspor mendapat kritik tajam dari negara-negara industri G7 (Group of Seven). Mereka memperkirakan tindakan pelarangan ekspor akan memperburuk krisis dan menyebabkan kenaikan harga komoditas.
Pengaruhnya Bagi Indonesia
Sebagaimana diketahui, India merupakan produsen gandum nomor dua terbesar di dunia setelah Cina, dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton. Indonesia sendiri mengimpor gandum sebesar 11,7 juta tiap tahunnya atau setara US$3,45 miliar.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan, pelarangan ekspor semua gandum yang dilakukan India, dapat berdampak terhadap stabilitas pangan di dalam negeri.
Angka impor nya naik 31,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Jadi kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan di dalam negeri.”
Baca Juga : Bus Wisata Tabrak Papan Reklame di Mojokerto, 14 Orang Tewas
“Dengan inflasi yang mulai naik, dikhawatirkan garis kemiskinan akan meningkat,” kata Bhima dalam keterangan tertulis yang dikutip Tempo.co, (14/5/2022)
4 Dampak Bagi RI
Bhima menjelaskan, setidaknya terdapat empat dampak yang akan dirasakan akibat pelarangan ekspor gandum tersebut.
Pertama, harga gandum di pasar internasional telah naik 58,8 persen dalam setahun terakhir. Imbas pada inflasi pangan tentu akan menekan daya beli masyarakat.
Misalnya saja, tepung terigu, dan mie instan. Ditambah lagi, Indonesia tak bisa memproduksi gandum. Sehingga, kata Bhima, banyak industri makanan minuman skala kecil yang harus putar otak untuk bertahan di tengah naiknya biaya produksi.
Baca Juga : Perjalanan Cinta Johnny Depp dan Amber Yang Kandas
“Kedua, pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius,” ungkapnya.
Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022 telah membuat stok gandum turun signifikan. Dengan adanya kebijakan India, tentunya akan berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang membutuhkan gandum.
Ketiga, pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum. Menurut Bhima, ini seharusnya menjadi kesempatan untuk alternatif bahan baku selain gandum seperti jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia.
Dan keempat, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum. Ini, pada akhirnya dapat menyebabkan harga daging dan telur juga naik lantaran harga gandum meningkat.
Oleh karena itu, Bhima menyarankan agar pemerintah harus segera mempersiapkan strategi untuk mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India. ***
Dari berbagai sumber