Pasar Tanah Abang dihajar pasar digital
‘
Lantai 3a Pasar Tanah Abang hampir jarang dilalui pembeli karena sebagian besar toko tutup.(foto: BBC News Indonesia)
‘Sebulan tidak ada pemasukan satu rupiah pun’
JAKARTA-(Mas Reko)–Pemerintah Indonesia telah resmi mengumumkan larangan bagi platform social commerce seperti TikTok Shop untuk melakukan transaksi jual beli barang, dengan tujuan menciptakan kondisi perdagangan yang lebih adil.
Kondisi berdarah-darah
Langkah ini diambil menyusul kondisi yang sulit di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang disebut sebagai kondisi ‘berdarah-darah’ oleh para pedagang akibat dampak pandemi Covid-19 dan persaingan dari toko-toko digital.
Baca juga : Waspadai krisis ekonomi, ditengah klaim ekonomi baik-baik saja
Selama empat tahun terakhir, Pasar Tanah Abang, yang merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, mengalami penurunan signifikan dalam jumlah pengunjung, hampir mencapai 5.000 orang.
Suara pedagang yang berteriak menawarkan dagangan mereka mendominasi lorong-lorong di lantai bawah Blok A, namun transaksi tawar menawar semakin jarang terjadi. Para porter yang biasanya sibuk membawa barang dagangan grosir kini lebih banyak duduk di dekat pintu masuk, menunggu panggilan dari pemilik toko.
Di lantai atas, banyak kios yang tutup, sementara pedagang yang masih beroperasi hanya bisa duduk sambil memainkan ponsel mereka, karena minimnya pengunjung.
Data menunjukkan bahwa dari tahun 2019 hingga 2023, jumlah kios yang aktif di Blok A mengalami penurunan sebesar 1.000 unit, sementara jumlah pengunjung turun hampir 5.000 orang.
Sepinya sejak 2021
Salah satu pedagang, Sukmamalingga, mengungkapkan bahwa sepi di Tanah Abang dimulai sejak tahun 2021, ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menutup pasar selama hampir empat bulan. Penjualannya turun hingga 30% pada periode tersebut.
Baca juga : Para pedagang di Tanah Abang berkeluh kalah bersaing dengan TikTok
Pada tahun 2022, situasi di Pasar Tanah Abang tidak mengalami perubahan signifikan. Para pedagang masih merasakan dampak dari pandemi Covid-19 dan persaingan dengan toko-toko digital. Meskipun beberapa pembatasan telah dilonggarkan, namun tingkat kunjungan dan transaksi masih belum pulih sepenuhnya.
Pemerintah telah mengambil langkah untuk melarang platform social commerce seperti TikTok Shop melakukan transaksi jual beli barang. Tujuan dari larangan ini adalah untuk menciptakan kondisi perdagangan yang lebih adil bagi pedagang tradisional seperti yang ada di Pasar Tanah Abang. Meskipun langkah ini diambil dengan harapan untuk melindungi keberlangsungan usaha para pedagang, namun dampak serta efektivitasnya masih perlu dievaluasi lebih lanjut.
Hadapi tantangan
Pedagang di Pasar Tanah Abang terus berjuang menghadapi tantangan yang ada. Mereka mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan mencari cara baru untuk meningkatkan penjualan. Meskipun kondisi pasar mungkin sulit, semangat dan ketahanan para pedagang tetap kuat dalam menghadapi tantangan yang dihadapi.
Lanto menceritakan bahwa ia lebih sering berbelanja di platform e-commerce seperti Lazada dan Shopee. Menurutnya, harga barang di sana cenderung lebih murah, ditambah dengan gratis ongkos kirim, serta kemudahan dalam berbelanja tanpa harus menghabiskan waktu untuk keliling toko. Selain itu, barang yang dibelinya langsung diantar ke depan rumah, memberikan kenyamanan yang tidak bisa didapat di toko konvensional.
Baca juga : Harga beras naik, kebijakan impor seperlunya, agar petani diuntungkan
Lanto menyatakan bahwa hingga saat ini, ia tidak pernah kecewa dengan pembelian yang dilakukan secara online. Ia juga mengatakan bahwa ekspektasinya tidak terlalu tinggi ketika berbelanja di toko online.
Yanti, seorang warga Kota Bekasi, Jawa Barat, bahkan mengakui bahwa ia sering kali tergoda untuk berbelanja di toko online. Ia menunjukkan beberapa barang yang telah dipesannya dari TikTok Shop, seperti kerudung, baju, dan tas. Yanti menjelaskan bahwa proses pembelian di platform tersebut sangat simpel dan harga barangnya terjangkau. Ia bahkan bisa melakukan checkout (pesan barang) hingga dua kali dalam sehari.
Dengan senyum di wajahnya, Yanti menambahkan bahwa ia merasa senang ketika menerima paket yang telah dipesannya secara online.(RS)
Sumber : BBC News Indonesia