Bali yang Dulu, Kini Berubah:Imbas Ledakan Wisatawan di Pulau Dewata
Desa tradisional Penglipuran di timur Bali kini didatangi ribuan wisatawan setiap harinya
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tahun ini mencatat rekor tertinggi. Program Insight CNA membahas dampak perubahan kondisi Bali dan bagaimana masyarakat setempat menyikapinya.
BALI, (Mas Reko)—Bali dikenal dengan berbagai julukan seperti Pulau Dewata dan Fajar Dunia. Namun, bagi banyak orang, Bali adalah ‘kepingan surga’.
Namun, Bali kini tidak lagi seperti dulu dengan suasana yang bebas dan santai. Pada Februari lalu, pemerintah daerah Bali meluncurkan unit Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pariwisata untuk menangani masalah yang timbul akibat ulah wisatawan asing dan domestik.
Baca juga :Hari ini puncak arus balik 2024, capai 47.317 orang
Sejak saat itu, unit ini telah menangani turis yang mabuk atau mengemis di jalanan.
“Mereka mungkin kehabisan bekal dan menjadi gepeng (gelandangan-pengemis). Ada yang seperti itu,” kata Dewa Nyoman Rai Dharmadi, kepala Satpol PP Pariwisata Provinsi Bali.
“Ada juga masyarakat lokal yang mengganggu aktivitas wisatawan. Kami mengingatkan mereka untuk bersama-sama menciptakan suasana yang tertib bagi wisatawan yang beraktivitas.”
Lebih dari 70 petugas Satpol PP Pariwisata telah dikerahkan ke berbagai kawasan populer di Bali, seperti Canggu, Seminyak, dan Kuta.
Salah satu tugas mereka adalah memastikan para wisatawan berpakaian sopan jika masuk ke pura di Bali – misalnya mengenakan selendang yang telah disediakan pengelola.
Baca juga :Mengenal yang berbeda di Hawaii yang lain
“Karena ketidaktahuannya, mereka tidak mengikuti peraturan saat memasuki tempat sakral,” kata Dharmadi.
Masyarakat Bali semakin resah dengan perilaku buruk para turis. Menanggapi keluhan tersebut, Mei tahun lalu, Gubernur Bali saat itu, Wayan Koster, mengusulkan pengecualian kuota turis asing.
Namun, usulan tersebut tidak terwujud dan Bali tetap menjadi destinasi wisata paling populer di Indonesia.
Tahun lalu, Bali mendeportasi 340 warga asing, kebanyakan berasal dari Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Nigeria. Angka deportasi ini naik dari 188 orang pada tahun 2022. Pelanggaran yang mereka lakukan termasuk overstay, bekerja ilegal, dan bertindak tidak sopan di tempat suci.
Baca juga :Harga beras masih tetap tinggi, kendati harga gabah turun
Pada bulan Desember lalu, dua turis asal Amerika Serikat dan Bermuda ditangkap setelah video mereka yang memeriksa masalah pembayaran di sebuah salon kecantikan menjadi viral. Keduanya dideportasi pada bulan Februari, seperti dilaporkan oleh polisi setempat.
Awal tahun ini, polisi Bali menangkap tiga warga Meksiko atas perampokan yang melukai seorang wisatawan asal Turki.
Jumlah wisatawan ke Bali diprediksi akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, seiring dibukanya kembali sektor pariwisata usai pandemi. Namun, masalah yang timbul akibat membludaknya wisatawan semakin nyata.
Baca juga : Hawaii Oh Hawaii, sepatutnya jadi surga wisata
Meski risiko masalah di depan mata, Bali tetap menghendaki banyak wisatawan datang untuk menggantikan pemasukan di sektor wisata yang hilang ketika pandemi menghantam perekonomian. Pada 2021, hanya ada 51 wisatawan asing yang datang ke Bali, dibandingkan dengan 6,3 juta orang pada 2019.
Angka turis asing ke Bali mencapai hampir 5,3 juta pada tahun lalu, melampaui target 4,5 juta. Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjokorda Bagus Pemayun mengatakan, tahun ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno telah menaikkan target menjadi tujuh juta.
“Tinggi juga,” kata Tjokorda kepada program Insight. “Semoga ini bisa tercapai, seiring dengan semakin banyaknya maskapai penerbangan menambah rute ke Bali.” (RS)
Sumber : Channel News Asia (CNA)