Hari Ini Aku Kontrol ke Spesialis Jantung


Ilustrasi : Budaya antre terjadi di belahan dunia  manapun.. (foto; Renato Marques / Unsplash)

Oleh : Reko Suroko

SOLO, (Mas Reko.com) –Hari ini aku kontrol ke spesialis jantung, Senin (30/5/2022) . Setelah sebulan yang lalu aku juga melakukan hal serupa. Hanya kontrol kali ini agak istimewa. Pasalnya, jadwal kontrol gagal jantungku, keduluan dengan kambuhnya penyakit jantungku terlebih dulu.

Baca Juga : Aku Bersyukur Di Kala Senja Masih Diberi Usia

Pada 22 Mei lalu aku berkeringat dingin dan muntah, aku takut itu serangan jantung. Aku segera pesan taksi, untuk mengantarku ke rumah sakit. Kupilih rumah sakit Kasih ibu, kupandang rumah sakit ini pirantinya memadai. Apalagi pertama kali aku terkena serangan jantung, aku juga ke rumah sakit ini.

Daftar Selepas Subuh

Sebenarnya pada 27 Mei lalu aku sudah mendaftar di RS UNS, namun nomorku 144 dan aku pun membatalkan pendaftarannya. Aku memilih daftar lagi Senin, 30 Mei 2022 dan aku mendapatkan nomor 77.

Padahal aku sudah sepagi mungkin saat ambil nomor pendaftarannya. Selepas sholat subuh aku berangkat ke rumah sakit mengambil nomor. Nomor urut di pendaftaran aku dapat nomor C3, namun di nomor urut poli jantung dapat nomor antrean 77.

Baca Juga : Asam Lambung Menghajarku, Aku Opname Tiga Hari

Ambil nomor pagi hari itu bagaikan  tempo lalu, saat almarhumah istriku masih hidup. Aku mengambilkan nomor urut daftar jantung, itu untuk daftar dr Triyadi SP. Untuk daftar di paviliun cendana dikenakan tambahan Rp 150 ribu.

Kenapa harus pagi sekali? Karena dokter jantung yang dikenal khalayak, biasanya model kuota. Aku takut tidak dapat jatah kuota nomor pendaftaran. Dan dr Triyadi SP mematok kuota 30 pasien, aku takut kehabisan kuota.

Antre Reguler

Setelah kudapat nomor pendaftaran untuk istriku, giliran aku antre nomor untukku sendiri. Istriku terkena penyakit jantung di bagian katub jantung bengkak, sedangkan aku saat itu jantung koroner. Selepas subuh antre untuk istriku di poli Cendana, sedangkan agak siang aku antre di paviliun Wijayakusuma, untuk diriku sendiri.

Baca Juga : Rumahku Kamu Acak-acak, Aku Terdiam

Sekarang aku kontrol pindah-pindah untuk mendapatkan second opinions atas penyakitku, gagal jantung. Akhirnya kuketahui gagal jantung adalah kegagalan pompa jantung dalam memompa darah secara maksimal.

Lalu berapa tahun angka harapan hidup bagi penderita jantung? Berbagai referensi yang kubaca menjelaskan angka harapan hidup bagi pasien gagal jantung 5 hingga 10 tahun.

Bagiku jika usiaku hingga angka itu merupakan anugerah, walau aku percaya semua berpulang kepada Allah Ta’ala.

Kenalan Teman Ngobrol

Aku keliru mengantisipasi nomor 77, kuperkirakan hingga pukul 11.00 WIB, urusan kontrol eres Ternyata hingga pukul 13.00 belum nyampe ke nomorku.

Baca Juga : Amber Heard Merasa Dipermalukan Di Persidangan

Alhamdulillah di saat menanti nomor tiba giliran, aku dapat kenalan dan enak diajak ngobrol. Dia lelaki senior, usianya sudah mencapai 78, tapi dia kelihatan gagah.

Dia kontrol di rumah sakit ini diantar putranya, dan dia dapat nomor antrean di atas 80. Dia cerita pernah mengalami sakit saraf yang akut, gara-gara kecelakaan di Alas Roban, Batang. Sehingga dia tidak mampu bergerak. Dokter menyuruhnya operasi, tapi…..
(Selanjutnya saya akan tulis tersendiri)***

 

 

 

Berita Terkait

Top