Pulau Buatan Nan Mewah
Melihat Proyek di Dubai (2-Habis)
Beginilah gambaran proyek The World ketika dipresentasikan oleh Syekh Uni Emirat Arab pada 2003.
Dubai , (Mas Reko)–Pada tahun 1999, Uni Emirat Arab memperkenalkan dirinya sebagai negara modern dengan pembukaan Hotel Burj Al Arab, yang mendefinisikan ulang konsep kemewahan di dunia.
Baca Juga: Nasib Proyek 300 Pulau Buatan Senilai Rp195 Triliun yang Terbengkalai di Dubai
Pada tahun yang sama, Mohamed bin Rashid Al Maktoum mengumumkan proyek “The Palm” atau Palm Jumeirah, sebuah kompleks perumahan dan hotel di atas pulau buatan berbentuk pohon palem. Penjualan proyek ini sangat sukses, memicu rencana untuk proyek serupa lainnya.
Pada tahun 2003, Al Maktoum mengizinkan pembangunan “The World”, jaringan 300 pulau di lepas pantai Dubai yang lebih besar daripada “The Palm”.
“Proyek ini lebih ambisius: kompleks pulau yang disebut Alam Semesta, dengan ruang seperti Bima Sakti, Matahari, dan Bumi,” kata Bonnett.
Baca Juga: Raja Salman Undang 1.000 Keluarga Korban Perang Gaza
Rencananya adalah membangun hampir 300 pulau buatan, di mana orang kaya bisa memiliki “bagian dari dunia” dan membangun apapun yang mereka inginkan.
Seperti yang dilaporkan oleh Oliver Wainwright dari The Guardian, “setiap pulau memiliki proyek unik: seorang miliarder China berencana membuat tiruan cakrawala Shanghai di pulaunya, lengkap dengan menara TV Shanghai.”
Perusahaan Opulence Holdings telah mengakuisisi pulau berbentuk Somalia, dengan rencana menjadikannya berbentuk kuda laut agar penghuninya bisa bermain golf dari balkon mereka.
Baca Juga: 300 ribu orang ditolak masuk Makkah, tidak punya ijin resmi berhaji
Namun, hanya beberapa kompleks yang berhasil dibangun, salah satunya adalah Greenland, yang berfungsi sebagai “rumah model” untuk memamerkan seluruh proyek “The World”, dari hunian hingga resor dan restoran.
Rumah lainnya disumbangkan kepada pembalap Formula 1 Michael Schumacher.
Inilah gambaran proyek The World saat dipresentasikan oleh Syekh Uni Emirat Arab pada 2003.
Krisis Keuangan 2008
Namun, krisis keuangan 2008 menghambat proyek ini. Banyak pembeli rumah yang tidak melanjutkan pembelian mereka. Meskipun begitu, proyek ini terus berjalan meski dengan sedikit kemajuan.
Baca Juga: Al Riyadh Vs Al Nassr: Ronaldo dan Tim Terhindar dari Kekalahan
“Salah satu masalah besar ‘The World’ adalah, tidak seperti ‘The Palm’, tidak ada koneksi fisik dengan Dubai, tidak ada jembatan atau koneksi antar pulau,” kata Bonnett. Pengembang saat ini, Nakheel Properties, menyatakan bahwa proyek “The World” masih berlanjut dan mereka sedang mencari investor.
Proyek Lainnya
Meskipun proyek “The World” tidak berjalan sesuai rencana, ide menjadikan Dubai pusat bisnis real estat berhasil. Palm Jumeirah, pulau buatan lainnya, memiliki sekitar 4.000 rumah yang dihuni oleh sekitar 25.000 orang, serta puluhan hotel dan atraksi lainnya.
Namun, pembuatan pulau buatan untuk pembangunan komersial memiliki risiko. “Meningkatnya permukaan air laut membuat investasi di pulau berisiko. Namun, Dubai dikenal mengambil risiko meski biayanya mahal,” tambah Profesor Alastair Bonnett.
Baca Juga: 450 Orang Jemaah Haji Kloter 5 Makassar Tiba di Madinah
Selain itu, pembangunan “The Palm” dan kompleks besar seperti “The World” yang terhenti karena kurangnya sumber daya telah menimbulkan dampak lingkungan.
Greenpeace menyatakan proyek ini tidak ramah lingkungan dan telah merusak terumbu karang di dekat pantai Uni Emirat Arab.
Nakheel Properties mengakui beberapa ekosistem laut terdampak, tetapi mereka menyatakan bahwa ahli biologi kelautan telah direkrut untuk merehabilitasi terumbu karang yang terkena dampak.(Reko Suroko)
Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/articles/cljj73eg9wxo