Resesi Dan Krisis Pangan Jadi Ancaman Global
Resesi dan Krisis pangan global menghantui dunia. (foto: bisnis com)
Oleh : Reko Suroko
SOLO,Mas Reko.com— Saat ini dunia tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Salah satunya karena beberapa negara telah mengalami inflasi bahkan diprediksi akan resesi, akibat dari kenaikan harga pangan maupun energi.
Bhima Yudhistira Adhinegara,Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), menyatakan, dari berbagai tantangan tersebut Pemerintah harus mempertebal alokasi subsidi yang diberikan. Baik itu di bidang energi, pangan, dan termasuk di dalamnya pupuk.
Baca Juga : Aku Bersyukur Di Kala Senja Masih Diberi Usia
Adapun dalam hal ini jelasnya, pada jaringan pengamanan sosial saat pandemi COVID-19. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dinilai jangan terburu-buru diberhentikan.
Buru-buru PEN Diakhiri
“PEN jangan terburu-buru dipangkas atau distop. Tambah penerima PKH (Program Keluarga Harapan) dari 10 juta jadi 15 juta keluarga penerima untuk lindungi 40 persen pengeluaran terbawah, dari gejolak kenaikan harga pangan,” ujar Bhima .
Dia berbicara hal itu, saat dihubungi VIVA, dan dikutip Selasa, 21 Juni 2022. Pemerintah juga, lanjut Bhima, harus memperkuat penerbitan utang dengan bunga yang relatif murah. Karena saat ini dominasi Surat Berharga Negara (SBN) dalam utang cukup berisiko, hal itu disebabkan oleh yield terus meningkat.
Manajemen Krisis
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus mempersiapkan protokol manajemen krisis dalam menghadapi ancaman ekonomi saat ini. Khususnya untuk penguatan pengawasan konglomerat perbankan.
Protokol itu menurutnya, terdiri dari empat hal. Antara lain, monitoring terhadap perbankan yang memiliki eksposur tinggi terhadap pasar keuangan global.
“Lakukan pencegahan terhadap risiko gagal bayar perusahaan di dalam negeri yang memiliki debt to equity yang tinggi,” jelasnya.
Baca Juga : Bayang-bayang Lonjakan Inflasi Dalam APBN 2023
Kemudian, seleksi ketat startup yang ingin melakukan IPO. Sehingga tidak mengandalkan besaran valuasi, tetapi juga kemampuan untuk menjaga cash flow atau arus kas, dan pendapatan. Hal itu Untuk mewaspadai terjadinya tech bubble.
“Perhatian terhadap bank yang masih memiliki jumlah restrukturisasi pinjaman yang tinggi. Apakah bank perlu diberikan relaksasi lanjutan misalnya,” terangnya.
Krisis Pangan Global
Perang yang terjadi di Ukraina akibat serangan Rusia ke negara itu telah membuat dunia berada di ambang krisis pangan. Hal tersebut dikhawatirkan memberi efek yang lebih dalam dibandingkan dengan perang itu sendiri.
Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps mengatakan kematian akibat gandum global dan kekurangan makanan akibat serangan Rusia ke Ukraina bisa lebih besar daripada nyawa yang hilang dalam perang secara langsung.
Shapps mengatakan dia sangat prihatin tentang masalah ini dan telah bertemu dengan mitranya dari Ukraina Oleksandr Kubrakov minggu lalu di Jerman. Pertemuan tersebut membahas bagaimana menyiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk memastikan pasokan gandum global dari Ukraina bisa kembali mengalir.
“Saya secara khusus prihatin dengan situasi di Ukraina. Kami telah melihat invasi barbar oleh Putin ini,” kata Shapps dalam wawancaranya bersama Sky News, Selasa (24/5/2022), dikutip CNN International.
Baca Juga : Manusia Mengeksploitasi Kebodohannya Demi Konten Media Sosial
“Yang benar-benar mengkhawatirkan saya adalah kita telah melihat banyak nyawa hilang di Ukraina. Kita bisa melihat lebih banyak nyawa hilang di tempat lain di dunia karena kekurangan biji-bijian dan makanan, yang bahkan bisa lebih besar daripada nyawa yang hilang dalam perang secara langsung. Jadi, kita perlu menemukan solusi untuk mengeluarkan biji-bijian ini,” tambah Shapps.
Shapps mengatakan bahwa ada banyak cara potensial yang berbeda untuk membawa biji-bijian dan barang-barang lainnya keluar masuk dari Ukraina.
“Saya pikir itu sangat penting untuk kita lakukan. Jika tidak, akan ada banyak kelaparan yang dapat membuat jumlah (korban) yang terlibat dalam perang itu menjadi lebih kecil,” tambah Shapps.
Sulit Dapatkan Gandum
Dia mengatakan ada banyak hal pelik untuk mendapatkan gandum dari Ukraina, termasuk perairan yang ditambang di dekat kota pelabuhan selatan Odesa.
Perlu diketahui, pasokan dari Rusia dan Ukraina menyumbang hampir 30% dari perdagangan gandum global.
Baca Juga : Rumahku Kamu Acak-acak, Aku Terdiam
Adapun, harga gandum internasional telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari.
Menurut laporan Bank Dunia yang diterbitkan pada April, kenaikan harga pangan global baru-baru ini menjadi yang terbesar sejak 2008. Biaya makanan diproyeksi akan meningkat sebesar 22,9% tahun ini akibat kenaikan harga.***