Kisah Mistis dari Syaikh Al-Isyraq: Bunglon dan Kelelawar
Surakarta , (Mas Re)–Cerita ini diambil dari buku *Hikayat-Hikayat Mistis* karya Syaikh Al-Isyraq, Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi (Mizan, 1992).
Kisah ini menceritakan perseteruan antara sekelompok kelelawar dan seekor bunglon. Konflik di antara mereka memanas hingga akhirnya mencapai titik yang tidak terkendali. Kelelawar-kelelawar sepakat untuk menyerang bunglon saat senja tiba, ketika matahari terbenam dan bintang-bintang mulai muncul di langit.
Baca juga :Kisah sufi : Cinta Seorang Santri Setelah Membaca Surat Luqman Ayat 14
Begitu waktunya tiba, kelelawar-kelelawar itu menyerang bunglon dengan tiba-tiba. Mereka menangkap dan membawanya ke sarang mereka, di mana bunglon tersebut dipenjara sepanjang malam.
Saat pagi tiba, para kelelawar mulai berdebat tentang apa yang harus mereka lakukan dengan bunglon. Mereka sepakat untuk membunuhnya, tetapi masih memikirkan cara terbaik untuk melaksanakan hukuman tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan bahwa siksaan paling kejam adalah dengan membuat bunglon menatap matahari. Mereka, yang tidak tahan dengan sinar matahari, berasumsi bahwa hal tersebut akan menyiksa bunglon.
Namun, bagi bunglon, hukuman itu adalah yang diinginkannya. Mengingat apa yang dikatakan oleh Husayn Manshur, “Bunuhlah aku, kawan-kawanku, sebab dengan terbunuhnya diriku, aku akan hidup. Hidupku ada dalam kematianku, dan kematianku ada dalam hidupku.”
Baca juga :Gempa Maroko menghancurkan rumah masyarakat di pegunungan
Ketika matahari terbit, kelelawar membawa bunglon keluar dari sarangnya agar tersiksa oleh cahaya matahari, yang bagi bunglon sebenarnya adalah jalan keselamatan.
Ayat dari Al-Qur’an, “Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak! Bahkan mereka hidup. Mereka mendapat rizki dan Tuhannya.” (QS 3:169), menegaskan bahwa bunglon tidak mati, melainkan menemukan kebahagiaan dalam kematian yang dianggap sebagai kehidupan.
Baca juga :Anak-Anak Jadi Ancaman “Kiamat” Baru di Jepang
Jika saja kelelawar-kelelawar itu menyadari bahwa mereka tidak menyiksa bunglon, melainkan memberinya kebahagiaan, mereka akan merasa putus asa. Sebagaimana Bu-Sulayman Darani mengatakan, “Jika orang-orang yang lalai tahu betapa mereka mengabaikan kebahagiaan orang-orang yang sadar, mereka akan mati karena kecewa.”(Mas Re)
Disadur dari sindonews.com