Air Surga dan Harun Al Rashid
Surakarta, (Mas Re)—Kisah sufi ini diambil dari buku “Tales of The Dervishes” karya Idries Shah, yang diterjemahkan oleh Ahmad Bahar menjadi “Harta Karun dari Timur Tengah – Kisah Bijak Para Sufi.”
Harith, seorang Badui, bersama istrinya Nafisa, hidup berpindah-pindah dengan membawa tenda usang mereka. Mereka sering menetap di tempat yang memiliki sedikit kurma, rerumputan untuk unta, atau kolam air sekotor apa pun.
Baca juga : Wow! Harta Karun Banyak Bertebaran di Bawah Laut RI, Ada 1.167 Lokasi
Kehidupan nomaden ini telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Aktivitas Harith sehari-hari hampir selalu sama, seperti menangkap tikus gurun untuk kulitnya atau membuat tali dari serat kurma yang dijual ke kafilah yang melintas.
Menemukan mata air di tengah padang pasir
Suatu hari, Harith menemukan mata air di tengah padang pasir. Ia meminum sedikit air itu, yang menurutnya terasa seperti air dari surga, meski bagi orang lain mungkin terasa terlalu asin.
Harith memutuskan untuk membawa air tersebut kepada seseorang yang ia anggap layak menghargainya. Maka, ia berangkat ke Baghdad, ke istana Khalifah Harun al-Rasyid, membawa dua kantong air: satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Khalifah.
Baca juga :Puluhan Perusahaan Sawit DidugaTerima Insentif Biodiesel dari BPDPKS
Setelah beberapa hari perjalanan, Harith tiba di Baghdad dan berhasil masuk ke istana. Ia menceritakan kepada pengawal istana tentang air yang ia temukan, dan dibawa ke hadapan Khalifah dalam sebuah pertemuan umum.
Harith mempersembahkan air tersebut kepada Khalifah sebagai hadiah. Harun al-Rasyid, yang memahami rakyatnya, mencicipi air itu dan memerintahkan pengawal untuk mengurung Harith sementara ia mempertimbangkan keputusan.
Harun kemudian memanggil kepala pengawal dan berkata bahwa meski air itu tidak berarti bagi mereka, bagi Harith air tersebut sangat berharga. Harun memutuskan untuk mengirim Harith kembali ke tendanya tanpa memperlihatkan Sungai Tigris yang megah, memberikan 1.000 keping emas, dan mengizinkannya membagikan air itu secara gratis kepada kafilah yang lewat, sebagai penjaga “Air Surga.”
Baca juga :Pertamina Pastikan Pertalite Tetap Tersedia pada 1 September
Kisah ini juga dikenal sebagai ‘Kisah tentang Dua Dunia’, dan diceritakan oleh Abu al-Atahiyyah dari Suku Aniza. Al-Atahiyyah, seorang penyair suci dalam sastra Arab, hidup sezaman dengan Harun al-Rasyid dan wafat pada tahun 828.(Mas Re)