Mungkinkah beras singkong jadi solusi krisis pangan?
beras singkong jadi solusi. (foto : Getty image)
Kala Indonesia berulang kali mengalami kelangkaan beras, masyarakat adat Cireundeu di Jawa Barat tak terdampak karena mereka mengonsumsi rasi – beras singkong – sebagai makanan pokok sejak seabad silam. Apakah rasi bisa jadi solusi krisis pangan?
Jakarta, (Mas Reko)–Di dapur sebuah rumah yang terletak di Kampung Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, Neneng Suminar tampak sibuk menyerok butiran putih yang terbuat dari olahan singkong dari sebuah ember plastik menggunakan piring berbahan seng. Ia lantas menampungnya dalam baskom berbahan stainless steel dan menyiramnya dengan air.
Baca juga : Makanan Sehat bagi Penderita Gagal Jantung
Setelah memastikan semua butiran putih itu basah, perempuan berusia 43 tahun tersebut mengukusnya dalam sebuah se’eng – alat pengukus tradisional Jawa Barat. Sekitar 15 menit setelah dimasak, butiran yang sebelumnya berwarna putih itu berubah kecoklatan.
Makanan itu adalah rasi – singkatan dari beras singkong – yang disantap Neneng dan keluarganya sebagai asupan karbohidrat pengganti nasi.
Berbeda dengan kebanyakan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras, Neneng dan masyarakat adat Cireundeu lainnya memilih rasi sebagai makanan pokok, sesuai tradisi yang berlaku turun temurun. Bahkan, sepanjang hidupnya, Neneng sama sekali belum pernah mencicipi olahan beras.
Baru-baru ini, ketika sebagian besar penduduk Indonesia resah dengan beras yang langka di pasaran dan harganya yang melonjak, ibu dua anak itu tak merasakan dampak kelangkaan beras.
Baca juga : 91 Anggota Dikerahkan ke Gunung Marapi, Pesan Basarnas: Utamakan Keselamatan, Hindari Kecelakaan
“Kasihan juga sama yang makan beras, terus langka juga. Kalau kita sih di sini enggak terpengaruh, aman-aman saja,” ungkap Neneng kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/04).
Rasi diciptakan satu abad lalu, tepatnya pada 1924, oleh tokoh adat perempuan Kampung Cireundeu, Omah Asnamah – juga dikenal dengan nama Abu Sepuh. Kala itu, rasi menjadi simbol perlawanan warga Cireundeu terhadap pemerintah kolonial Belanda yang menguasai Indonesia. (RS)
Sumber : BBC Indonesia