Akibat Proyek IKN, Warga Palu Terpapar Debu dan Tangkapan Ikan Nelayan Terganggu


 

Membaca IKN (1-bersambung)

Seorang ibu menggendong anak bayinya tanpa menggunakan alat pelindung mulut dan hidung saat melintas di jalur lingkar tambang bebatuan Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu 25 Mei 2024.(foto: M TAufan/BBC.com)

Jakarta, (Mas Reko)–Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur telah memicu aktivitas penambangan pasir, batu, dan kerikil di Palu, Sulawesi Tengah, yang menyebabkan berbagai dampak negatif bagi warga setempat dan lingkungan.

Baca juga : Pimpinan Otorita IKN Mundur, Awal “Pembangkangan” pada Jokowi

Tambang-tambang ini, yang menyediakan bahan material untuk pembangunan IKN, telah menimbulkan masalah kesehatan dan penurunan hasil tangkapan ikan nelayan setempat.

Dampak Kesehatan pada Warga

Penambangan yang menjamur di sepanjang pesisir Kota Palu hingga Kabupaten Donggala mengakibatkan polusi udara parah. Salah satu daerah yang terdampak adalah Kelurahan Buluri, debu hitam dari tambang mencemari lingkungan dan rumah-rumah warga. Bidaya, seorang penduduk Buluri, menceritakan bagaimana debu telah mengotori rumahnya dan menyebabkan keluarganya, termasuk cucu kecilnya, menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Ketika ditemui di ruang tamu rumahnya di Kelurahan Buluri, Palu, Sulawesi Tengah, pada 25 Mei 2024, Bidaya menceritakan anak dan cucunya terpapar penyakit akibat polusi debu tambang bebatuan. (Foto:M Taufan/BBC News.com)

Baca juga :Investor IKN Hanya Dongeng!

“Termasuk cucu dan anak saya terserang penyakit [ISPA],” ujar Bidaya. Ia menjelaskan bahwa cucunya yang baru berusia dua minggu tiba-tiba mengalami gejala demam, bersin, dan batuk. Diagnosis dokter mengonfirmasi bahwa sang cucu menderita ISPA akibat paparan debu tambang. Meskipun telah mendapatkan obat, kondisinya belum sepenuhnya pulih, dan tidur malamnya masih terganggu oleh batuk.

Rumah anak Bidaya yang berdekatan dengan mesin pemecah batu, hanya berjarak sekitar 70 meter, menjadi sumber utama debu yang menyebabkan penyakit pernapasan di keluarganya. Situasi ini membuat Bidaya dan keluarganya harus menggunakan masker dua lapis saat keluar rumah untuk mengurangi paparan debu.

Baca juga :Bambang Susantono Mundur sebagai Ketua Otorita IKN, Pengamat: Ini Sinyal Masalah Finansial IKN

Gangguan pada Nelayan

Selain dampak kesehatan, aktivitas penambangan juga berdampak buruk pada hasil tangkapan ikan nelayan setempat. Penambangan di sepanjang garis pantai Teluk Palu telah menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan berkurangnya populasi ikan.

Nelayan di wilayah tersebut mengeluhkan penurunan drastis hasil tangkapan, yang berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Protes Warga

Pada akhir Mei lalu, Bidaya bersama sejumlah warga Buluri menggelar unjuk rasa memprotes aktivitas tambang yang semakin masif. Mereka menuntut perusahaan tambang untuk menghentikan operasinya yang dianggap merusak lingkungan dan mengancam kesehatan serta ekonomi warga sekitar.

Baca juga :Kepala Otorita IKN Mundur, Basuki: Presiden Tak Perlu Kemping Lagi

Proyek Ibu Kota Nusantara, meskipun bertujuan untuk pembangunan dan kemajuan, telah membawa dampak negatif yang signifikan bagi warga Palu. Polusi udara akibat aktivitas penambangan telah menyebabkan masalah kesehatan serius, sementara kerusakan lingkungan laut mengancam mata pencaharian nelayan setempat.

Langkah-langkah penanganan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan perlu diambil untuk mengurangi dampak negatif ini dan memastikan kesejahteraan warga sekitar tetap terjaga.(RS)

 

Materi artikel ini dari BBC News.com

Berita Terkait

Top