Menghadapi Penyakit Jantung: Perjalanan Panjang Melawan Gagal Jantung


Seseorang wanita sedang menjalani peraatan di salah atu rumah sakit. (Foto Stockcake)

 

Surakarta ( Mas Reko )–Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun banyak upaya dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung, penyakit ini sering kali tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Bagi sebagian orang, seperti saya, perjalanan ini merupakan sebuah perjuangan panjang yang memerlukan ketekunan dan kesabaran.

Baca juga: Menghadapi Penyakit Jantung: Perjalanan Panjang Melawan Gagal Jantung

Mengelola Penyakit Jantung Setelah Rehabilitasi

Setelah menyelesaikan program rehabilitasi jantung, saya tetap harus menjalani perawatan intensif untuk menjaga kesehatan jantung. Ini termasuk menjaga agar tekanan darah tetap stabil dan kolesterol tidak naik. Mengonsumsi obat secara teratur adalah kunci dalam menjaga kondisi ini. Setiap hari, saya harus meminum lima jenis obat, yang masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jantung saya.

Obat yang saya konsumsi di pagi hari adalah spironolakton dan bisoprolol, sementara untuk malam hari, saya harus mengonsumsi ramipril, miniaspi, dan atorvastatin. Setelah rehabilitasi, dokter memutuskan untuk menghapus obat brilinta dari resep harian saya.

Fakta Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah kondisi serius yang tidak dapat disembuhkan. Hal ini disebabkan oleh kerusakan otot jantung yang terjadi saat serangan jantung. Otot yang rusak ini tidak dapat tumbuh kembali, sehingga kerusakan yang terjadi bersifat permanen. Penyakit ini juga merupakan penyebab utama penyempitan arteri koroner, yang biasanya disebabkan oleh tumpukan kolesterol yang membentuk plak, sehingga aliran darah ke jantung berkurang.

Baca juga:Penelitian: Konsumsi Kafein Harian ‘Aman’ Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Penyempitan arteri koroner ini dapat menyebabkan jantung kekurangan oksigen saat beraktivitas, yang pada gilirannya meningkatkan risiko serangan jantung. Meskipun pengobatan dilakukan, otot jantung yang mati tidak dapat diregenerasi, dan katup jantung yang menjadi kaku serta mengalami kalsifikasi tidak dapat dikembalikan seumur hidupnya. Ini berarti katup yang rusak harus diperbaiki atau diganti melalui prosedur medis.

Syukur di Tengah Cobaan

Meski kondisi saya tidak bisa dibudidayakan, saya merasa sangat beruntung. Allah Ta’ala masih memberi saya kesempatan untuk memperbaiki diri dan menikmati hidup. Meskipun jantung saya tidak dapat disembuhkan, saya tetap bisa tidur nyenyak dan makan dengan baik. Ini adalah nikmat yang harus saya syukuri, meski sering kali terasa sulit.

Saya tidak menyerah, karena saya menyadari bahwa masih banyak orang lain yang berada dalam kondisi yang lebih sulit daripada saya. Oleh karena itu, saya terus berusaha bersabar dan bersyukur atas segala ketetapan-Nya.

Menjalani Hidup dengan Mandiri

Seorang pria sedang merasakan nyeri di bagian dada. (foto stok kue)

Selama bertahun-tahun, saya terbiasa menjalani hidup mandiri. Bahkan ketika harus memeriksa atau menjalani rawat inap, saya sering pergi sendiri berkendara dengan motor Supra X 125. Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak saya mulai lebih sering menemani, terutama saat harus menjalani opname jantung atau kontrol penyakit prostat.

Baca juga:Makanan Sehat bagi Penderita Gagal Jantung

Meskipun demikian, saya tetap menjaga kemandirian saya. Bagi saya, tidak merepotkan orang lain adalah salah satu cara untuk tetap kuat menangani penyakit ini.

Harapan Hidup dan Pasrah Diri

Berdasarkan catatan medis, harapan hidup bagi penderita gagal jantung sering kali lebih pendek dari yang diperkirakan oleh pasien sendiri. Rata-rata, pasien memperkirakan bisa bertahan hingga 13 tahun, sementara hasil perhitungan medis hanya menunjukkan sekitar 10 tahun. Namun, angka-angka ini hanyalah statistik. Pada akhirnya, saya memilih untuk pasrah kepada Allah Ta’ala. Berapa lama lagi saya bisa bertahan? Hanya Allah yang tahu.

Baca juga:Obat Gagal Jantung yang berisiko bagi pasien Gagal Jantung

Kini, di usia 62 tahun, saya merasa telah banyak menerima kenikmatan, baik yang saya sadari maupun yang tidak. Tugas saya sekarang hanyalah menjalani hidup dengan sabar dan bersiap-siap untuk pulang ke sisi-Nya dengan membawa bekal yang cukup. ***

Berita Terkait

Top