Nostalgia Bersama Teman di Masa Kecil
Tiga sahabat di masa kecilku hingga aku usia senja (foto: Mas Reko.com)
Oleh : Reko Suroko
Mas Reko.com– NOSTALGIA bersama teman di masa kecil selalu membekas di hati. Meski candaan atau kisah yang diceritakan nyaris tak ada yang baru. Namun bagiku semuanya cerita baru, terutama suasana. Begitu menyegarkan, seolah kami masih kanak-kanak di masa lalu.
Walaupun sebenarnya aku bisa kontak lewat ponsel tapi tetap saja beda. Bila bertemu secara phisik terasa ada yang beda, gurauan segar salah satunya.
Hanya Berempat
Sebenarnya teman yang kuanggap sebagai sahabat ada lima orang, 6 denganku. Namun salah satu teman tak bisa meninggalkan pekerjaannya, seorang lagi menunggui istrinya sedang sakit. Jadi hari itu aku hanya berempat, aku dan tiga sahabatku.
Baca Juga : Lidahku Luka Dan Bicaraku Pelo
Mereka adalah, Toldy alias Winardi, Bagero alias Hari Aprilawan, Joss alias Agus, dan aku biasa dipanggil Supotol.
Masa kecilku tumbuh di lingkungan belakang bioskop Indra, Semarang. Ini bersebelahan dengan perumahan Undip. Dan Toldy tinggal di sini, karena orangtuanya karyawan di Fakultas Teknik, Undip.
Bagero dan Joss tinggal di Karang Wulan Utara. Meski tinggal di lokasi yang terpisah, namun masih satu lingkup RT yang sama. Setiap ada acara 17 – an kami terlibat, karena kami tergabung dalam PKK Remaja.
Baca Juga : Tiba-tiba Bicaraku Pelo, Strokekah Aku?
Dari organisasi itulah kami tumbuh dan berkembang bersama. Meski dari latar belakang sekolah yang beda. Aku di STM swasta, Toldy dan Joss di SMA swasta sedangkan Bagero di Madrasah Aliyah Negeri.
Bekerja Sejak Kecil
Sejak kecil sudah kukenal dunia kerja, aku ikut lapak orang jualan koran, ada Dharma Nyata, Dharma Kondo, Parikesit dan Suluh Marhen ( awal Suara Merdeka).
Aku pernah jual lotere telur beberapa saat, itu pekerjaan yang kulakukan sore hingga malam. Karena pagi hingga siang aku sekolah.
Baca Juga : Telah Berpulang Satu Lagi Alumni Koran Wawasan
Aku tinggal di daerah kumuh, Toldy di rumah dinas, sedangkan Bagero dan Joss tinggal di kampung. Meski Toldy tinggal di rumah dinas, namun juga sudah mengenal dunia kerja.
Sejak kecil berjualan sarmier, ini sejenis ketela pohon yang digodok kemudian dipipihkan, kemudian digoreng. Jualan Es lilin keliling sudah hal biasa.
Mencari kepiting
Aku dan sahabat-sahabatku berkembang menjadi remaja, masing mempunyai kesibukan masing-masing. Aku dan Toldy yang rumahnya berdekatan kerap main bersama.
Suatu ketika aku dan Toldy serta sahabat yang telah mendahului kami, main ke Undip, Pleburan atau sekarang Hayam Wuruk, di kolam setempat. Kami ciblon-mandi di kolam-, saat kami ciblon rupanya security melihat kami.
Security itu mengambil semua pakaian kami, kami hanya mampu teriak untuk mencegahnya. Namun, tetap saja semua pakaian kami dibawa ke pos security.
Baca Juga : Kini Anggota Keluargaku Bertambah
Maka, tak pelak kami harus telanjang ke kantor security. Untung hari itu kebetulan hari Minggu, tak banyak mahasiswa yang melihat kami telanjang.
Aku dan sahabatku pulang lewat depan Kantor Stasiun RRI, di depannya ada selokan banyak rumah kepiting sawah. Aku dan sahabatku langsung masuk selokan. Merogoh rumah kepiting, tentu dicapit. Karena tangannya sudah dibalut lumpur, jadi terasa.
Terkadang ada yang kepiting nakal, mencapit tidak mau dilepaskan, maka capitnya langsung dikletak baru terlepas.
Sesampainya di rumah, kepiting itu dimasak dengan sayur bayam, rasanya nikmat. Jika sekarang jadi makanan babycrab, lumayan mahal.
Mencuri Mangga
Saat itu banyak pohon mangga tumbuh di rumah-rumah sepanjang Jln. Pringgading. Tentu masa kanak-kanak mangga yang ranum menjadi daya pikat untuk dicuri.
Karena pohonnya tinggi, aku dan sahabatku menggunakan galah untuk mengambil mangga itu. Saat asyik nggotek mangga, tiba-tiba ada seorang laki-laki dewasa datang.
Bukan dari dalam rumah, datang dari luar pagar. Kami mengira lelaki itu juga seperti kami, mau mencuri mangga. Ketika dia meminjam galah punyaku, kami oke-oke saja. Kuberikan galah itu.
Baca Juga : Kucingpun Membutuhkan Toilet Lho
Namun sejurus kemudian galahku dipatahkan beberapa bagian dan lelaki itu santai berjalan masuk rumah yang didepan mangganya aku imcar itu. Tanpa dikomando aku dan para sahabatku lari dari rumah itu.
Ini nostalgia di masa kanak-kanak yang terkadang mengundang tawa bila mengenangnya.
Akhirnya perpisahan tiba, Bagero dan Joss pulang ke Semarang, mereka berboncengan naik motor. Aku dan Toldy juga berboncengan naik motor. Aku pun turun di Kartasura, Toldy pulang ke Klaten. Aku meneruskan pulang dengan menumpang bus BST. Kami mengenang masa kanak-kanak, kini kami masing 60 tahun lebih semua.
Ijinkan kami Ya Allah, Ya Rozak untuk bertemu kembali dengan kondisi sehat wal afiat, ***