Harga beras naik, kebijakan impor seperlunya, agar petani diuntungkan


Foto: Aktivitas penjualan beras di Pasar Jaya Pal Merah, Jakarta, Senin (2/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, (Mas Reko)—Harga beras naik, pemerintah jangan cepat-cepat impor. Biarkan petani diuntungkan harga tinggi.

Di sisi lain, peningkatan harga beras di pasaran membuat pedagang makanan harus memutar otak agar tetap memperoleh keuntungan, antara lain mengecilkan porsi nasi yang dijual.

Baca yuk : Menekan harga beras yang tinggi, solusinya impor ?

Kenaikan harga beras ini justru membuahkan keuntungan petani yang menyebut “harga beras lagi bagus”.

Penurunan produksi beras

Guru besar di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengakui terjadi penurunan produksi beras saat memasuki El Nino, tapi jumlahnya tidak signifikan.

Reaksi pasar yang berlebihan terhadap kenaikan harga beras, kata dia, justru menciptakan kebijakan impor yang dapat merugikan petani dan masyarakat luas.

Porsi nasi warteg akan menyusut

Ahmad, pemilik warteg di kawasan Jakarta Timur, mengaku keuntungannya makin tipis imbas kenaikan harga beras. Ia tidak ada rencana sama sekali untuk menaikkan harga, tapi bersiap menyusutkan porsi nasi yang dihidangkan kepada pelanggan.

“Nggak bisa kalau konsumennya mahasiswa. Kita jualnya harus murah. Menaikkan harga itu nggak, tapi mengurangi porsi,” katanya.

Baca yuk : Di toko ritel beras jenis ini dibatasi maksimal hanya @ 10 Kg

Dengan kenaikan harga beras ini, Ahmad mengaku harus memangkas keuntungannya sekitar Rp1 juta/bulan.

“Tenaga kita nggak terbayar. Tipis sekali [keuntungannya] kayak kertas,” katanya.

Sementara itu, Burhanudin, penjual pecel lele di kawasan Jakarta Pusat, mengatakan kenaikan harga beras belum terlalu signifikan terhadap keuntungan penjualannya.

Kendati demikian, ia sudah mulai mengecilkan porsi nasi untuk pelanggan.

“Kurangi porsi nasi. Biasanya full [satu mangkuk kecil]. Kita kurangi sedikit. Pintar-pintar kita saja. Kalau orang kurang, ditambah [bayar] lagi nanti nasinya,” katanya.

Harga beras meningkat

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di tingkat konsumen meningkat dalam satu tahun terakhir sebesar 18,44%.

Kenaikan harga beras ini “akibat penurunan luas panen yang kemudian didorong dampak El Nino.

Baca yuk :Pembelian beras di toko ritel dibatasi 10 Kg per hari

Secara umum, inflasi harga beras September 2023 dibandingkan bulan sebelumnya meningkat sebesar 5,61%. Angka inflasi beras bulanan ini menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, atau sejak Februari 2018. Saat itu, BPS melaporkan inflasi harga beras bulanan mencapai 6,25%.

“Kenaikan harga beras ini, tentunya disebabkan berkurangnya pasokan akibat kemarau berkepanjangan, dan juga penurunan produksi karena efek El Nino,” kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan pers belum lama ini.

Harga GKP naik

Di sisi lain, harga gabah kering panen (GKP) di petani juga mengalami peningkatan.

BPS melaporkan rata-rata GKP di tingkat petani pada September 2023 mengalami kenaikan sebesar 11,69% dibandingkan Agustus 2023. Dan, dalam satu tahun terakhir naik sebesar 26,70%.

Baca yuk :Kiamat Beras , Siapa pegang kuasa?

Gabah kering giling (GKP) atau gabah siap digiling menjadi beras, harganya juga meningkat di tingkat petani, sebesar 9,26% (September dibandingkan Agustus). Harga GKP juga naik dalam satu tahun terakhir sebesar 27,31% (Year-on-Year September 2023).

Apa arti angka-angka ini di lapangan?

Tarsono, petani asal Indramayu, Jawa Barat, mengatakan kenaikan harga beras belakangan ini justru “harganya bagus” bagi petani.

“Kalau berkaca di wilayah saya, untungnya lumayan. Kalau harga beras naik, atau mahal,” kata Tarsono.

Sebagai ilustrasi, petani bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp20 juta dalam sekali panen (tiap empat bulan) untuk produksi gabah sebesar empat ton. Dengan kata lain, setiap bulan petani bisa memperoleh keuntungan Rp5 juta.

Ada serangan hama

Namun, Tarsono tak memungkiri tahun ini sejumlah lahan petani di Indramayu mendapat serangan hama tikus dan tenggerek.

Baca yuk : Perencanaan  Pemerintah Soal Beras Kacau

“Ketiga, faktor El Nino ini. Ya, memang daerah yang tadah hujan itu rebutan air sehingga terjadi banyak yang puso,” tambahnya.

Di Jawa Tengah, Suroso, mengakui kenaikan harga beras di pasaran telah menggerek kenaikan harga gabah di tingkat petani. Petani di Desa Laban, Kabupaten Sukoharjo itu mengatakan harga jual GKP (gabah basah) mencapai titik tertinggi hingga Rp6.600/kilogram.

“Harga jual naik dari petani nyampe Rp6.600/kilogram untuk gabah basah langsung dari sawah. Harga kemarin Rp5.500 waktu panenan kemarin. Tadi dengar-dengar Rp6.500 sampai Rp6.600 sekarang,” kata Suroso semringah.

Namun, karena penyakit yang menyerang tanaman padi dan hama, produksi padi Suroso mengalami penurunan dibandingkan dua kali panen padi sebelumnya.

“Biasanya sekali panen itu bisa dapat 20 sak gabah basah, tapi sekarang cuma 10 – 15 sak gabah basah,” kata Suroso kepada wartawan BBC News Indonesia. (***/Reko Suroko)

 

Sumber : BBC News Indonesia

Berita Terkait

Top