Konflik di Laut China Selatan Memanas

Sebuah kapal Garda Pantai China menghentikan kapal Garda Pantai Filipina saat menuju misi pasokan di Second Thomas Shoal di Laut China Selatan pada 5 Maret 2024. (Foto: REUTERS/Adrian Portugal)

Jakarta, (Mas Reko)— Penasehat keamanan nasional Filipina pada hari Jumat (10/5) mengajukan permintaan agar diplomat-diplomat China diusir dari negara tersebut terkait dengan tuduhan kebocoran percakapan telepon antara seorang laksamana Filipina dengan pihak China mengenai eskalasi konflik yang semakin meningkat di Laut China Selatan.

Baca juga : Waspada, Investasi Cina Rp175 Triliun di Rempang bisa jadi melayang

Eduardo Ano menyatakan bahwa Kedutaan Besar China di Manila telah terlibat dalam “tindakan berulang yang menyebarluaskan informasi yang menyesatkan, salah, dan membingungkan” dengan maksud untuk memperdalam konflik, menimbulkan pertentangan, dan memecah belah. Dia menambahkan bahwa tindakan semacam itu harus direspons dengan sanksi yang serius.

Salah satu pulau di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan yang dipersengketakan China dan Filipina (foto: dok./VOA)

Pihak Kedutaan Besar China di Manila belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait seruan untuk mengusir para diplomat. Sementara itu, kantor Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Kementerian Luar Negeri juga belum memberikan komentar terkait hal tersebut.

Dua negara ini telah terlibat dalam sejumlah perselisihan yang memanas selama tahun terakhir di wilayah-wilayah yang dipertentangkan di Laut China Selatan. Filipina, dengan dukungan dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, telah meningkatkan aktivitasnya di perairan yang diklaim oleh penjaga pantai China.

Baca juga :Hasil laut Pulau Rempang melimpah, warga bisa untung hingga jutaan rupiah dari teripang

China telah menuduh Filipina melakukan pelanggaran teritorial dan pengkhianatan, sementara pihak Manila marah atas kebijakan agresif dan manuver berbahaya yang dilakukan oleh Beijing di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

Pengusiran para diplomat dapat memperburuk pertikaian yang telah diwarnai oleh perdebatan sengit, protes diplomatik, serta insiden-insiden tabrakan dan serangan dengan meriam air terhadap kapal-kapal Filipina di dua titik pertikaian tersebut. Jarak antara wilayah perairan dangkal tersebut dengan daratan China mencapai lebih dari 850 kilometer.

Ano merujuk pada laporan pekan ini mengenai dugaan kebocoran percakapan telepon antara seorang diplomat China dan seorang laksamana Filipina yang membahas konflik di Laut China Selatan. Laporan tersebut juga mencakup salinan percakapan yang menunjukkan bahwa laksamana tersebut setuju untuk melakukan beberapa konsesi dengan China.

Baca juga : Serangan panas menewaskan 61 orang di Thailand sepanjang tahun ini

Berdasarkan salinan yang diterbitkan oleh harian Manila Times, laksamana tersebut menyetujui proposal China mengenai suatu “model baru,” di mana Filipina akan mengurangi jumlah kapal yang digunakan dalam misi pengiriman logistik untuk pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal yang dipertentangkan, dan memberitahu Beijing terlebih dahulu tentang misinya.

Reuters belum dapat mengkonfirmasi percakapan telepon yang dilaporkan tersebut dan tidak dapat memverifikasi isi dari salinan yang diterbitkan. Media melaporkan bahwa percakapan itu terjadi pada bulan Januari dan salinan tersebut diberikan oleh seorang “pejabat tinggi China” yang tidak disebutkan namanya. (RS)

 

Sumber : VOA

Top