Aku Bersyukur Di Kala Senja Masih Diberi Usia


 

Usia senja butuh kehangatan orang-orang sekitar. (foto: Liv Bruce di Unsplash)

Oleh : Reko Suroko

Mas Reko.com, SOLO–Aku bersyukur diberi usia hingga senja, satu usia yang menggembirakan dan terkadang menggelisahkan. Menggembirakan, dari perjalanan hidupku yang compang-camping aku diberi kesempatan mencapai usia senja. Ini karunia yang luar biasa, dari orang yang tak terucap di komunitas. Hingga menjadi orang seperti manusia yang lain.

Baca  Juga : Asam Lambung Menghajarku, Aku Opname Tiga Hari

Entah karunia atau anugerah aku tak peduli. Ingin kupersembahkan di sisa hidupku di sini untuk berbuat yang terbaik.

Laksana bunga yang memamerkan keelokan tubuhnya, yang paling indah, seperti bunga anggrek. Sehingga siapa pun makhluk akan menyukainya, walau setelah itu bakal layu. Seperti ragaku yang terus merapuh, asal keelokan akhlakku dapat dinikmati sesama makhluk ciptaan Allah Ta’ala. Aku sungguh berterima kasih atas hal itu.

Kuterima Takdirku

Aku terima takdirku sebagai manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bagiku itulah yang namanya sempurna, ada yang lebih dan ada yang kurang.

Baca  Juga : Rumahku Kamu Acak-acak, Aku Terdiam

Hidup di usia senja terkadang menggelisahkan, lantaran kerap diajak bercanda dengan bermacam penyakit. Menggelisahkan bagi orang-orang sekitarku, bagiku sakit dan sehat itu sama saja. Manusia yang tak pernah merasa sakit, pasti tak pernah merasa nikmatnya sehat .

Walaupun menggelisahkan orang-orang sekitar, pasti Allah Ta’ala memberi tahu mereka dengan cara-Nya. Bahwa merawat manusia, pasti akan ‘dirawat’ orang lain pula, tidak harus dari manusia yang dirawatnya.

Kukenali Takdirku

Dulu, selepas aku ‘istirahat’ dari jagad jurnalistik, aku ingin belajar membuat masakan. Berbagai jenis masakan dan minuman kekinian kucoba. Hasilnya aku berikan ke saudara atau teman-temanku.

Baca  Juga : Rupanya Aku Tak Muda Lagi, Aku Lansia

Ada yang pesan langsung, karena rasanya atau kasihan aku tidak tahu. Misalnya, kacang bawang. Mungkin juga harganya yang murah.

Suatu ketika salah teman baikku mengatakan, bila kamu sudah ditakdirkan menjadi ayam. Jangan berusaha menjadi bebek atau angsa. Karena mesti berusaha menjadi sebagus angsa, tapi sejatinya kamu adalah seekor ayam.

Lihatlah sebongkah tanah yang ditakdirkan berada di bawah kaki, dia tak pernah protes karena ingin berada di atas. Karena di atas sudah menjadi milik langit. Maka kenali adeg- adegmu, dengan sebaik mungkin.

“Kamu setidaknya pernah di jurnalistik, tentu bisa menulis. Latih dan geluti, soal menjadi terampil atau tidak setidaknya kamu sudah tunjukkan rasa syukurmu, ” kata temanku itu.

Maka kuurungkan niatku untuk belajar hal baru, yang tak berkaitan dengan dunia tulis -menulis.

Baca  Juga : Amber Heard Merasa Dipermalukan Di Persidangan

Soal apakah karyaku, menulis,  itu elok dan indah atau tidak, yang jelas manusia perlu mengerti jati dirinya. ***

Berita Terkait

Top