Asia di Ambang Bahaya: Peringatan Kiamat dari PBB
Foto: Pemandangan umum terlihat di ruang Dewan Keamanan PBB saat pertemuan darurat di markas besar PBB, Minggu, 14 April 2024. (AP/Yuki Iwamura)
JAKARTA, (Mas Reko)–Wilayah Asia, termasuk Indonesia, semakin merasakan dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan khusus terkait hal ini.
Baca juga: BMKG Sebut 14 Propinsi Berstatus Waspada Dampak Cuaca Ekstrem
Dalam laporan berjudul “State of the Climate in Asia 2023” oleh Badan Meteorologi Dunia (WMO), diungkapkan bahwa indikator perubahan iklim utama seperti peningkatan suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan laut semakin cepat terjadi.
WMO menyebutkan bahwa Asia menjadi kawasan yang paling sering terkena bencana alam akibat perubahan iklim, dengan laju pemanasan yang lebih cepat dibanding rata-rata global. Sejak periode 1961-1990, tren pemanasan di Asia hampir dua kali lipat. Pada tahun 2023, banyak negara di Asia mengalami tahun terpanas sepanjang sejarah.
Kondisi ekstrem seperti kekeringan, gelombang panas, banjir, dan badai semakin sering terjadi. Perubahan frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa ini berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan kehidupan manusia serta lingkungan.
Baca juga:BMKG Pastikan Cuaca Panas ini bisa berulang setiap tahun
Pada tahun 2023, tercatat ada 79 bencana terkait bahaya hidrometeorologi di Asia, menurut Emergency Events Database. Lebih dari 80% di antaranya berupa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terdampak langsung.
Laporan ini juga menyoroti panas ekstrem yang semakin sering terjadi. Meski risiko kesehatan meningkat, Asia masih beruntung karena tidak ada kematian yang dilaporkan akibat panas ekstrem ini.
Rentan Terkena dampak
Sekali lagi, di tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak yang tidak proporsional. Contohnya adalah topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, yang menghantam Bangladesh dan Myanmar. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana, yang turut berkontribusi dalam penyusunan laporan WMO.
“Peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa,” tambahnya.
Baca juga: Cuaca buruk hantam kesehatan mental Anda?
Laporan yang sama juga memaparkan kenaikan permukaan laut dari Januari 1993 hingga Mei 2023. Dalam “State of the Climate in Asia 2023,” data menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut di berbagai wilayah, termasuk Indonesia, berada di atas rata-rata global, yaitu 3,4 ± 0,33 mm per tahun. Indonesia sendiri berada di zona peringatan yang ditandai dengan warna kuning.
Sebelumnya, proyeksi USAID pada tahun 2016 menyebutkan bahwa kenaikan permukaan laut dapat menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050, yang berpotensi membuat 42 juta penduduk kehilangan tempat tinggal mereka.
Baca juga: 9 Tewas Akibat Panas Ekstrem di Rajasthan India
Laporan ini menunjukkan bahwa perubahan iklim dan pemanasan global membawa dampak nyata bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif untuk memperlambat laju perubahan iklim demi menjaga masa depan planet kita.(RS)
sumber : CNBC