Menikmati Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit
Menikmati Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit. (foto :mediaedutama.co.id)
Oleh : Reko Suroko
Kerap kunikmati bangsal rawat inap di rumah sakit, sejak aku terkena serangan jantung. Itu terjadi di tahun 2012, saat dadaku terasa terbakar. Dan keringat dingin mengucur deras. Aku tak sadar, ketika istriku dan anakku membawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit ini rupanya hanya pertolongan pertama, maka aku pun dirujuk ke rumah sakit yang tipenya lebih tinggi.
Baca Juga : Kematian Brigpol J Momen Pencarian Akuntabilitas Publik
Aku ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Saat itu dokter yang menanganiku menawari untuk disuntik yang sekali suntik Rp 4,5 juta.
Istriku langsung mengiyakan dengan uang sebesar itu, meski akhirnya bingung mencarinya. Menurutnya, sekali suntik aku langsung tersadar. Istriku menarik nafas lega, walaupun berpikir cara membayarnya.
Dirawat 10 Hari
Di rumah sakit ini aku dirawat selama 10 hari, 6 hari ICU dan sisanya di bangsal kelas satu.
Baca Juga : Kematian Brigpol J Kisah Seksi Yang Menggoda
Saat itu aku tidak ikut asuransi apapun, kecuali ada dana kesehatan. Istriku bingung, saat dikabari pihak admin dari rumah sakit. Bahwa semua perawatan habis Rp 20 juta.
Istriku tidak memberitahuku tentang hal itu. Kantor tempatku bekerja memberi Rp 8 juta, sedangkan disumbang sahabat Rp 1 juta.
Ketika hari H aku harus pulang, istriku mencari pinjaman dari bank. Untung pas hari H istriku dapat pinjaman itu. Akhirnya akupun tertebus dengan Rp 20 juta. Urusan rumah sakit pun beres.
Ajukan Pensiun Dini
Kebetulan kantor menawarkan program pensiun dini, tanpa berpikir panjang akupun mengajukannya. Dan perusahaan segera memprosesnya.
Baca Juga : Misteri Polisi
Sebenarnya aku berat keluar dari kantor yang pernah kubangun di wilayah kerjaku. Sayang saat itu banyak pimpinannya berganti dan kurasakan hubungan kerjanya kurang enak, bagiku.
Semua pesangon kudapat, akupun menutup hutangku di bank yang untuk membayar rumah sakit.
Tak Sepeserpun
Pada tahun 2014 BPJS Kesehatan berdiri, akupun mendaftar dengan empat jiwa. Selain aku dan istriku, juga dua anakku yang masih SMA dan SD. Sedangkan anakku yang sulung sudah membayar lewat kantornya.
Saat itu kelas 1 membayarnya per jiwa Rp 80 ribu. Jadi berempat kurogoh kocek Rp 320 ribu.
Karena aku tidak disiplin dalam minum obat, aku jadi kerap rawat inap. Dan untuk rawat inap ini aku tak mengeluarkan biaya apapun.
Baca Juga : Hari Ini Aku Kontrol ke Spesialis Jantung
Begitu juga saat aku operasi pasang ring yang pertama di rumah sakit dr Muwardi, aku tidak membayar apapun. Termasuk saat aku operasi yang kedua di rumah sakit dr Kariyadi, Semarang.
Baik operasi di RSUD dr Muwardi maupun RSUP dr Kariyadi hanya memerlukan waktu tiga hari. Satu hari persiapan, sehari kemudian tindakan dan sehari lagi pemulihan.
Bagi pembaca kebetulan keluarga ataupun saudara “bertemu” dengan yang aku alami tanyakan prosedurnya ke petugas BPJS rumah sakit setempat. ***