Negeri Resesi


Indonesia termasuk 15 negara yang terancam resesi versi bloomberg. (foto: koran indonesia.com)

Oleh : Reko Suroko

SAYA tak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjelaskan tentang resesi. Mengapa tiba-tiba saya ingin membahas resesi? Ingin tahu lebih jauh dan apa pengaruhnya bagi gaji seorang karyawan.

Apa pengaruhnya bagi pedagang gorengan atau bagi warteg yang tersebar di negeri yang elok ini.

Baca Juga :  G -20 : Indonesia Berupaya Dekati Rusia

Karena saya pernah menjadi jurnalis walaupun kelasnya ecek-ecek, tapi memiliki rasa ingin tahu yang cukup memadai, maaf ngecap. Maka untuk memenuhinya saya harus membaca, membaca apa saja dan apapun sumbernya.

Begitu juga dengan resesi ini, saya membaca banyak media online yang menurunkan tulisan tentang hasil survei Bloomberg. Survei lembaga keuangan yang bermarkas di New York ini menempatkan negeriku, sebagai negara 14 yang terancam resesi. Itu dari 15 negara yang masuk dalam pantauan Bloomberg.

Maaf, saya belum membahas apa itu resesi, tentu pembaca ingin tahu negara mana saja yang masuk 15 negara yang terancam resesi.

Boleh jadi, survei ini berangkat dari kebangkrutan negara Sri Langka, yang presidennya dimiliki diri, setelah dipaksa rakyatnya untuk turun.

15 Negara Itu

Sri Lanka—yang mengalami ketidakstabilan ekonomi dan sosial baru-baru ini—menempati posisi pertama negara mungkin beruntung dengan presentase 85%,

Baca Juga :  Presiden Berkepentingan Impor Gandum, Saat Lawatan ke Ukraina dan Rusia

Menyusul kemudian Selandia  Baru 33%, Korea Selatan dan Jepang dengan presentase 25%. Sedangkan China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan dengan presentase 20%. Malaysia 13%, Vietnam dan Thailand 10%, Filipina 8%, Indonesia 3%, dan India 0%.

Membaca angka prosentase potensi ancaman resiko 3% cukup aman dan ‘nyaman’ dibanding yang memiliki angka prosentase besar, misal Malaysia, maupun Vietnam serta Filipina.

Apa Itu Resesi?

Mengutip dari situs cermati.com bahwa resesi ekonomi atau resesi adalah masa atau periode ketika terjadi penurunan para roda perekonomian. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya PDB atau produk domestik selama 2 kuartal sekaligus.

Baca Juga :  Oh Tersedakku Karena Stroke Ringan

Terjadinya resesi juga ditunjukkan oleh peningkatan jumlah produksi, kontraksi pada produksi, dan penurunan penjualan produk ritel dengan jangka waktu panjang. Jadi, resesi bisa diartikan sebagai kontraksi atau pelambatan besar pada aktivitas ekonomi di sebuah negara.

Di samping itu, definisi lain dari resesi adalah penurunan kegiatan ekonomi secara signifikan dan berlangsung selama beberapa bulan.

Jika pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu mencapai 0% atau bahkan minus, hal tersebut juga bisa disebut sebagai resesi. Jika dibiarkan dalam waktu lama, fenomena ekonomi ini mampu menyelamatkan ekonomi dan keadilan di masyarakat.

Tanggapan Menkeu

Atas hasil survey Bloomberg itu, Menkeu Sri Mulyani mengatakan penopang ekonomi nasional masih lebih baik.

Baca Juga :  Tiba-tiba Bicaraku Pelo, Strokekah Aku?

“Indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan dari PDB (produk domestik bruto), dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga, serta kebijakan moneter kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%, dibandingkan negara lain yang berpotensi untuk mengalaminya resesi jauh di atas, yaitu di atas 70%,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali, Rabu (13/07), seperti dikutip bbc (Kamis, 14/7).

Untuk pengkayaan informasi saya perlu mencari pendapat pakar. Salah satu ekonom muda dari Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira yang saya pilih.

Menurutnya, resesi global kian mengancam seiring meningkatnya inflasi di sejumlah negara. Inflasi yang terjadi otomatis bakal menggerus daya beli masyarakat.

Bhima Yudhistira mengatakan, ketika inflasi global naik, masyarakat akan lebih cenderung menyimpan uangnya atau lebih hemat.

“Daya beli masyarakat bisa melemah dan cenderung menabung atau berhemat,” katanya seperti dikutip MNC Portal Indonesia (MPI), Senin (13/6/2022).

Baca Juga :  Cameron Diaz Pernah Terjebak Narkoba

Oleh karena itu, kata Bima, pemerintah perlu membuat kebijakan yang bertujuan untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat bawah. Pasalnya konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Mengapa perlu pembanding pernyataan Menkeu? Ini perlu agar pernyataan itu teruji kesahihannya. Meski tak ada yang benar-benar sahih.

Suara IMF

Kepala IMF Kristalina Georgieva mengatakan, perang di Ukraina, inflasi tinggi di luar ekspektasi dan pandemi Covid yang masih terus terjadi, menjadi penyebab gelapnya prospek ekonomi ke depan.

Beberapa hal ini membuat krisis biaya hidup semakin parah bagi jutaan orang, kata Georgieva.

Sementara yang paling dibatasi, lanjut Georgieva, adalah keluarga miskin.

Peringatan Georgieva bahwa prospek ekonomi global “lebih gelap secara signifikan” dikemukakan ketika menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G-20 bertemu di Bali, Indonesia.

Demikian yang diwartakan BBC News , Kamis (14/7).***

 

 

 

 

Berita Terkait

Top