Permahkah Anda Dibayangi Kecemasan
Siapapun pernah mengalami kecemasan, saya dan mungikin Anda?. (Foto: Ciputra Hospital)
Oleh : Reko Suroko
SOLO, (Mas Reko)- Pernahkah Anda mengalami kecemasan? Pasti jawaban yang jujur bahwa masing-masing pernah merasakan kecemasan. Setidaknya di masa remaja, saat menghadapi berbagai ujian sekolah maupun ujian di kampus. Itu pasti timbul rasa cemas.
Hal itu lumrah yang dialami oleh manusia normal. Karena itu suatu gangguan kesehatan mental, yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas. Hal ini menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.
Baca Juga :Siapa Berkontribusi Polusi Udara Jakata Buruk
Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.
Membutuhkan diagnosis medis
Rasa sedih atau terus kehilangan minat yang mencirikan depresi berat dapat menyebabkan berbagai gejala perilaku dan fisik. Ini mungkin termasuk perubahan dalam pola tidur, nafsu makan, tingkat energi, konsentrasi, perilaku sehari-hari, atau harga diri. Depresi juga dapat dikaitkan dengan pikiran bunuh diri.
Mungkin mengalami:
- Suasana hati: apati, kecemasan, kehilangan minat, kehilangan minat atau kesenangan melakukan aktivitas, keputusasaan, kesedihan, ketidakpuasan umum, perubahan suasana hati atau rasa bersalah
- Tidur: bangun tidur lebih awal, insomnia, mengantuk secara berlebihan atau tidur tidak nyenyak.
- Seluruh tubuh: gelisah, kehilangan selera makan, kelelahan atau lapar yang berlebihan.Itulah bagian dariadri kecemasan.
- Perilaku: agitasi, iritabilitas, isolasi sosial atau menangis secara berlebihan
- Kognitif: kehilangan konsentrasi, keinginan bunuh diri atau kelambatan dalam aktivitas
- Berat badan: berat badan naik atau penurunan berat badan
- Juga umum: berulang kali memikirkan sesuatu atau nafsu makan yang buruk.
Pengobatan terdiri dari antidepresan. Penanganan yang dianjurkan biasanya adalah pengobatan, terapi bicara, atau gabungan keduanya. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan semacam ini dapat menormalkan perubahan otak yang berhubungan dengan depresi.
Baca Juga : Drama Dibalik Kebakaran Di Seberang Mal Gancit
Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy adalah bentuk psikoterapi yang telah terbukti efektif untuk berbagai masalah, termasuk depresi, gangguan kecemasan, masalah penyalahgunaan alkohol dan zat, masalah keluarga, gangguan makan, dan penyakit mental yang parah.
Terapi perilaku atau psikoterapi perilaku adalah istilah luas yang mengacu pada psikoterapi klinis yang menggunakan teknik yang berasal dari behaviorisme dan/atau psikologi kognitif
Gangguan depresi mayor umumnya ditangani dengan psikoterapi dalam bentuk terapi psikodinamika, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku dan pengobatan biomedis seperti pemberian antidepresan dan terapi elektrokonvulsif. Dalam hal ini juga dilakukan kombinasi berbagai terapi yang ada untuk hasil yang terbaik.
Kelas obat
Diterjemahkan dari bahasa Inggris-Inhibitor reuptake serotonin selektif adalah kelas obat yang biasanya digunakan sebagai antidepresan dalam pengobatan gangguan depresi mayor, gangguan kecemasan, dan kondisi psikologis lainnya. SSRI meningkatkan tingkat ekstraseluler neurotransmitter serotonin dengan membatasi reabsorpsi ke dalam sel prasinaps.
- Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk menangani depresi. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan senyawa kimia alami di dalam otak yang disebut neurotransmiter.
- Ansiolitik, adalah golongan obat yang digunakan untuk membantu mencegah kecemasan dan mengatasi kecemasan yang berkaitan dengan beberapa gangguan kecemasan. Obat golongan ini memiliki efek kerja cepat, dan mampu mempengaruhi kebiasaan juga bersifat kecanduan.
Obat antipsikotik digunakan sebagai pengobatan jangka pendek untuk gangguan bipolar untuk mengendalikan gejala psikotik, seperti halusinasi, delusi, ataupun gejala mania. Gejala-gejala ini dapat terjadi selama mania akut atau depresi berat.
Baca Juga : Dentuman Misterius Mengguncang Warga Sumenep
Jika mendasarkan penyembuhan dengan obat, hal ini bisa ketergantungan buat penderita, Silakan konsulatsi dengan dokter. Jika Anda meemerlukan obat atau sekdar konsultasi. (***)