Ratusan Anak Idap Gangguan Ginjal Akut
Sedikitnya terdapat 131 anak yang mengidap ginjal akut misterius, sebagian di antaranya sudah sembuh. (foto: Kenny Elias/ Unplash.com)
Mas Reko. com, Jakarta– Ratusan anak mengidap gangguan ginjal akut misterius. Sementara Kementerian Kesehatan telah menerbitkan panduan untuk menangani penyakit yang diidentifikasi sebagai gangguan ginjal akut (acute kidney injury).
Sebagian pasien yang mengalami gangguan ginjal akut dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta sekaligus sebagai tempat penelitian penyakit yang hingga kini digambarkan misterius itu.
131 Anak-anak
Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Lies Dina Liastuti, mengatakan pihaknya masih meneliti penyebab pasti gangguan ginjal akut misterius yang dialami 131 anak-anak di 14 provinsi di Indonesia.
Baca Juga : Waspada, Serangan Jantung Bisa Datang Kapan Saja
“Masih proses diteliti,” kata Lies seperti dikutip BBC News Indonesia melalui pesan singkat, Rabu (12/10).
Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Syahril Mansyur, mengatakan dari 131 pasien, 40 pasien dirawat di RSCM. Hal ini juga yang menyebabkan RSCM menjadi rumah sakit yang ditunjuk untuk meneliti penyakit misterius itu.
Syahril juga mengatakan hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) “tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik”.
Untuk menindaklanjuti temuan kasus gangguan ginjal akut itu, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes telah menerbitkan Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal sebagai panduan bagi fasilitas kesehatan untuk menangani pasien dengan kasus serupa.
Baca Juga : Cara Didik Anak ala Orangtua Milenial
“Fasilitas pelayanan kesehatan jangan sampai tidak tahu dengan keadaan atau gejala-gejala kasus ini, sehingga bisa dilakukan penanganan-penanganan lebih cepat dan intervensi supaya angka kematian bisa kita tekan,” kata Syahril.
Dari total 131 anak yang terkena “gangguan ginjal akut” atau acute kidney injury (AKI) sejak Januari lalu, IDAI mengatakan ada beberapa pasien yang sudah sembuh, tapi ada juga yang masih menjalani perawatan.
“Dari Januari ke Juli itu semua pasien pulih sempurna. Di Januari-Juli itu angka kematiannya mungkin sekitar 30%,“ kata Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr. Eka Laksmi Hidayati, dalam jumpa pers pada Selasa (11/10).
IDAI mencatat, sejak Januari hingga Juli 2022, terdapat sembilan kasus yang “ditandai sebagai AKI“. Pada Agustus, dr. Eka mengatakan mulai terjadi lonjakan kasus AKI pada anak-anak.
Baca Juga : Netizen Tak Keberatan Shin Tae Yong Out dari PSSI
“Di Agustus ada 35 kasus, kemudian di September meningkat menjadi 71, di Oktober sampai tanggal 11 ini, 9 kasus,” ujarnya.
Mengapa penyakit itu misterius?
Belum diketahui pasti penyebab gangguan ginjal akut misterius yang menyerang ratusan anak-anak itu.
Dia mengatakan, misterius karena investigasi yang dilakukan para dokter pun belum mendapatkan kesimpulan karena “tidak ditemukan penyebab yang biasanya timbul pada anak-anak yang mengalami AKI“.
Dokter Eka menjelaskan, biasanya AKI terjadi karena anak kekurangan cairan atau kehilangan cairan dalam waktu yang singkat, misalnya pada anak yang diare, mengalami dehidrasi, pendarahan yang hebat, atau pasien yang mengalami fase shock saat terkena demam berdarah dengue.
Baca Juga : Kucingpun Membutuhkan Toilet Lho
“Kondisi seperti itu, di mana terjadi kekurangan cairan yang masuk ke ginjal, itu akan menyebabkan AKI. Ada lagi infeksi yang berat, umumnya terjadi di rumah sakit, dalam perjalanannya, dia bisa mengalami AKI.
“Tetapi kami lihat bahwa anak-anak ini, dalam wawancara dengan orang tuanya mengenai riwayat penyakitnya, itu tidak jelas ada episode penyakit yang seperti itu, tetapi dia tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine atau air seninya. Jadi itu kita masih belum bisa mendapatkan apa penyebabnya,“ kata dr. Eka menjelaskan.
Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso juga mengatakan biasanya anak-anak yang mengalami AKI memiliki masalah ginjal bawaan, tapi pada kasus yang ditemukan di Indonesia kali ini, ginjal para pasien anak itu normal dan “tidak mengalami kelainan bawaan“.
“Ini masih merupakan hal yang perlu kita dalami lebih lanjut, yang jelas angka kematiannya cukup tinggi. Kita minta tetap waspada, namun tidak perlu panik berlebihan karena kepanikan itu juga akan membuat segalanya menjadi tidak terkendali,” ujar Piprim.***