Rumahku Kamu Acak-acak, Aku Terdiam
Ilustrasi : Rumahku kamu acak-acak aku terdiam. (foto Foto oleh Mariana Montrazi dari Pexels)
Oleh : Reko Suroko
MASREKO. COM, SOLO– Rumahku kamu acak-acak aku terdiam. Kamu lempari berbagai fitnah keji tentang anak-anakku, aku hanya tersenyum. Karena aku tahu kamu hanya ingin mengobok-obok hartaku.
Baca Juga : Rupanya Aku Tak Muda Lagi, Aku Lansia
Karena hartaku tak terbatas. Di dalam tanah rumahku, penuh berbagai tambang, ada emas, nikel atau batu bara. Di atas tanahku tertanam bibit kelapa sawit, yang kamu olah jadi minyak goreng.
Di atas tanahku penuh harta yang tidak terhingga, ada padi yang kamu olah menjadi berbagai komoditas untuk memenuhi perut kamu.
Itulah hartaku di atas dan di dalam tanah. Belum lagi hartaku yang berenang di laut luas. Entah apa saja yang bisa kamu eksplorasi, tentu minyak dengan berbagai olahannya. Gas alam atau apa lagi sampai- sampai aku tak mampu mengingatnya.
Soal Hutang
Kamu berhutang yang jumlahnya aku tak mampu menghitungnya, aku hanya tercenung. Dan hanya bergumam, siapa yang akan membayarnya.
Baca Juga : Kucingku Late Sudah Ketemu, Sabtu Dini Hari
Ketika kamu mulai mengacak-acak keyakinan keluargaku, aku tak bisa tinggal diam. Seluruh sanak saudaraku tersinggung dengan ulahmu yang terus menghardik.
Seolah-olah hanya kamu yang paling segalanya. Aku tahu ketika kamu mulai mengacak-acak atau jalankan politik adu domba, itu artinya sedang ada proyek besar.
Pengalihan Isu
Apakah itu kamu tengah menebangi hutan, atau mengeduk batubara. Atau mungkin tengah selundupkan minyak goreng.. Itu semua ulah kamu, satu sisi berbuat kegaduhan, sisi yang lain lakukan operasi senyap.
Ketika gembong mafia minyak goreng tertangkap, kamu jalankan operasi pendengung. Maka kabar beritanya menjadi ables, diserbu kawanan lebah pendengung.
Baca Juga : Johnny Depp dan Amber Heard Saling Klaim
Ingat, aku pemilik rumah seperti kamu -kamu juga. Aku bukan anak kost di rumah sendiri, tapi kamu justru pengin mengusirku. Dan kamu buka rumah kost untuk pendatang.
Mereka beri kamu identitas yang seolah-olah mereka adalah ‘kamu’. Entah kamu siapkan untuk apa?
Bahkan, telah kamu buatkan kota baru, agar mereka bisa hidup seperti kamu- kamu dan aku- aku. Apakah kamu juga akan memberikan pulau punyaku dan punya kamu untuk mereka? Atau kamu akan mengusirku dan seluruh keturunanku? Entahlah.***