Siapa Berkontribusi Polusi Udara Jakarta …..


Polusi uadar di Jakarta buruk, siapa yang berkontribusi? (foto: bbc news)

Jakarta, (Mas Reko)- Polusi udara di Jakarta memburuk, lantas siapa yang berkontribusi atas hal itu? Pembangkit listik dan manufaktur dituding jadi penyebabnya.

Lembaga independen yang melaksanakan riset soal polusi hawa CREA, menyebutkan batasan batasan dari Provinsi Banten dan Jawa Barat ialah kontributor utama pencemaran hawa di Kota Jakarta.

Baca juga : Drama Dibalik Kebakaran Di Seberang Mal Gancit

Yang sangat besar berasal dari zona industri tenaga pembangkit listrik serta manufaktur.
Sampai saat ini paling tidak terdapat 16 PLTU berbasis batubara yang terletak tidak jauh dari Jakarta. Sebarannya sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sebaliknya 6 yang lain di Jawa Barat.

Sebaliknya industri manufaktur yang tercatat pada tahun 2019, total terdapat 418 sarana ditemui dalam radius 100 km dari wilayah metropolitan Jakarta.

Pembangkit dan Manufaktur

Dari jumlah itu, 136 di antara lain terletak di zona yang beremisi sangat besar semacam semen serta baja, cermin penyulingan minyak serta gas, PLTU Batubara, logam, petrokimia serta plastik.

Bila dibedah lebih rinci lagi, sebanyak 86% dari sarana beremisi besar ini beroperasi di luar batas adminstrasi Jakarta; di mana 62 sarana di Jawa Barat, 56 di Banten, 1 di Jawa Tengah, serta 1 di Sumatera Selatan dalam radius 100 km dari Jakarta.

Baca juga : Banyak Penderita Kanker Beralih ke Alkohol

Dengan memakai model HYSPLIT ataupun model pc buat menghitung trayektori serta penyebaran polutan, CREA menciptakan kalau sepanjang masa hujan (November hingga Mei) angin dari arah timur laut serta emisi tenggara bawa dari sumber di Sumatera Selatan, Banten, serta Jawa Barat ke Jakarta.

Kemudian pada masa kemarau (Juni sampai Oktober) lintasan angin dari Jawa Barat membawa sumber emisi ke daerah timur serta tenggara Jakarta.

Riset CREA pula menciptakan sumber pencemar selanjutnya berasal dari zona transportasi, setelah itu perumahan dan komersil, serta terakhir dalam negeri semacam Pembakaran sampah.

Mutu hawa DKI Jakarta diucap telah ‘sangat. krisis’,. Pemprov siapkan razia uji emisi
Polusi hawa di Jakarta paling tinggi se-Asia Tenggara, 2 tahun sehabis Pemprov DKI kalah perampokan
Pimpinan Kampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah, berkata walaupun riset CREA dicoba 3 tahun lalu tapi kenyataannya tidak berganti

Kondisi Saat Ini Kurang Baik

Walhi mencontohkan industri manufaktur di kawasan Marunda, Jakarta Utara, yang masih memakai batubara buat bahan bakar tenaga listriknya.

LSM daerah itu mengklaim abu dari hasil pembakaran batubara tidak dikelola baik sementara itu lokasinya dekat dengan warga negara
Dari jumlah itu, 136 di antara lain terletak di zona yang beremisi sangat besar semacam semen serta baja, cermin penyulingan minyak serta gas, PLTU Batubara, logam, petrokimia serta plastik.

Baca juga : Dentuman Misterius Mengguncang Warga Sumenep

Bila dibedah lebih rinci lagi, sebanyak 86% dari sarana beremisi besar ini beroperasi di luar batas adminstrasi Jakarta; di mana 62 sarana di Jawa Barat, 56 di Banten, 1 di Jawa Tengah, serta 1 di Sumatera Selatan dalam radius 100 km dari Jakarta.

Dengan memakai model HYSPLIT ataupun model pc buat menghitung trayektori serta penyebaran polutan, CREA menciptakan kalau sepanjang masa hujan (November hingga Mei) angin dari arah timur laut serta emisi tenggara bawa dari sumber di Sumatera Selatan, Banten, serta Jawa Barat ke Jakarta.

Kemudian pada masa kemarau (Juni sampai Oktober) lintasan angin dari Jawa Barat membawa sumber emisi ke daerah timur serta tenggara Jakarta.

Baca juga : Kunci Bahagia Lansia Wajib Rutin Olahraga

Riset CREA pula menciptakan sumber pencemar selanjutnya berasal dari zona transportasi, setelah itu perumahan dan komersil, serta terakhir dalam negeri semacam Pembakaran sampah.
Mutu hawa DKI Jakarta diucap telah ‘sangat. krisis’,. Pemprov siapkan razia uji emisi

Polusi hawa di Jakarta paling tinggi se-Asia Tenggara, 2 tahun sehabis Pemprov DKI kalah rayuan
Pimpinan Kampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah, berkata walaupun riset CREA dicoba 3 tahun silam tetapi kenyataannya tidak berganti keadaan *** (Reko Suroko)

 

Berita Terkait

Top