Umur Berapa Anak-anak Boleh Memiliki Ponsel?


 

Orang tua mesti bijak dalam menyikapi perlu atau tidak ponsel bagi anak-anak. (foto: camili jimenez/Unflash.com)

Mas Reko.com, SOLO-Ponsel pintar menjadi hal yang umum dimiliki anak-anak, dengan 91% anak berusia 11 tahun di Inggris memilikinya. Tetapi apakah dampaknya buruk, atau justru bermanfaat bagi perkembangan anak?

Ini adalah dilema yang sangat modern. Haruskah orang tua memberikan ponsel cerdas kepada anak, atau menjauhkannya dari ponsel selama mungkin?

Sebagai orang tua, sangat wajar jika memandang ponsel sebagai semacam kotak Pandora dengan kemampuan untuk melepaskan semua kejahatan dunia pada kehidupan sehat anak.

Baca Juga : Waspada, Serangan Jantung Bisa Datang Kapan Saja

Bagaimana menurut Anda, menjauhkan anak dari ponsel atau sebaliknya?

BBC News Indonesia Sabtu, (15/10/2022) menurunkan tulisan tentang hal itu. Ini kisahnya :

Baik Dan Buruknya Ponsel

Rangkaian berita terkait kemungkinan dampak penggunaan ponsel dan media sosial pada anak-anak sudah cukup untuk membuat siapa pun tak ingin memberikan ponsel pada anaknya.

Bahkan selebritas pun tidak kebal terhadap masalah pengasuhan anak modern ini: Madonna mengatakan bahwa dia menyesal telah memberikan ponsel kepada anak-anaknya pada usia 13 tahun, dan tidak akan melakukannya lagi.

Di sisi lain, orang tua mungkin memiliki telepon sendiri yang dianggap sebagai alat penting untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari email dan belanja online, hingga panggilan video dan menyimpan album foto keluarga.

Baca Juga : Kembalikan Keadilan Dua Putriku, TGIPF Berakhir

Dan jika teman sekelas dan teman anak pun semua mendapatkan ponsel, tidakkah mereka akan ketinggalan tanpa ponsel?

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang efek jangka panjang dari smartphone dan media sosial pada anak-anak dan remaja, tetapi penelitian yang ada memberikan beberapa bukti tentang risiko dan manfaatnya.

Hasil Penelitian

Secara khusus, meskipun tidak ada bukti menyeluruh yang menunjukkan bahwa memiliki ponsel atau menggunakan media sosial berbahaya bagi kesejahteraan anak-anak secara umum, tapi pengetahuan ini belum lengkap.
Baca Juga :
Sebagian besar penelitian sejauh ini berfokus pada remaja daripada kelompok usia yang lebih muda.

Bukti yang muncul menunjukkan mungkin ada fase perkembangan tertentu, anak-anak lebih berisiko terkena efek negatif.

Terlebih lagi, para ahli menyepakati beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan saat memutuskan apakah anak siap menggunakan smartphone, dan apa yang harus dilakukan setelah mereka memilikinya.

Data dari regulator komunikasi Inggris Ofcom menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak di Inggris memiliki ponsel cerdas pada usia 11 tahun.

Kepemilikannya meningkat dari 44% pada usia sembilan tahun menjadi 91% pada usia 11 tahun.

Baca Juga : Rekomedasi TGIPF Di Tangan Presiden

Di AS, 37% orang tua dari anak berusia 9-11 tahun mengatakan bahwa anak mereka memiliki smartphone sendiri.

Dan dalam satu penelitian di Eropa di 19 negara, 80% anak-anak berusia 9-16 tahun dilaporkan menggunakan smartphone untuk online setiap hari, atau hampir setiap hari.

“Untuk remaja yang lebih tua, lebih dari 90% anak-anak memiliki telepon,” kata Candice Odgers, profesor ilmu psikologi di University of California, Irvine, di AS.

Satu laporan Eropa tentang penggunaan teknologi digital di kalangan anak-anak sejak lahir hingga delapan tahun menemukan bahwa kelompok usia ini memiliki “persepsi terbatas atau sama sekali tidak punya persepsi tentang risiko online”, dalam hal efek merugikan dari penggunaan smartphone dan aplikasi media sosialnya. Pada anak yang lebih besar, bukti kuat masih kurang.

Baca Juga : Separuh Dunia Tidak Siap Menghadapi Bencana

Dia tidak menemukan hubungan yang konsisten antara penggunaan teknologi remaja dan kesejahteraan mental mereka.

“Sebagian besar penelitian tidak menemukan hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental,” kata Odgers. Dalam studi yang menemukan hubungan, ukuran dampak itu kecil – baik positif maupun negatif.

“Temuan terbesar sebenarnya adalah keterputusan antara apa yang diyakini orang, termasuk remaja itu sendiri, dan apa yang sebenarnya dikatakan oleh buktinya,” ujarnya.

Ulasan lain, oleh Amy Orben, seorang psikolog eksperimental di University of Cambridge, Inggris, juga menemukan bukti yang tidak meyakinkan.

Meskipun ada korelasi negatif kecil, rata-rata, di seluruh studi yang disertakan, Orben menyimpulkan tidak mungkin mengetahui apakah teknologi menyebabkan penurunan kesejahteraan atau sebaliknya – atau apakah faktor lain memengaruhi keduanya.

Baca Juga : Cara Didik Anak ala Orangtua Milenial

Banyak penelitian di bidang ini tidak berkualitas cukup tinggi untuk memberikan hasil yang berarti, katanya.

Tentu saja, hasil ini adalah rata-rata. “Ada variasi besar di sekitar dampak [pada kesejahteraan] yang ditemukan dalam literatur ilmiah,” kata Orben.

Menurutnya pengalaman masing-masing remaja akan bergantung pada keadaan pribadi mereka sendiri.

“Satu-satunya orang yang benar-benar bisa menilai itu adalah orang-orang yang paling dekat dengan mereka,” kata Orben.

Dalam istilah praktis, ini berarti bahwa terlepas dari apa yang dikatakan oleh bukti yang lebih luas, mungkin ada anak-anak yang mengalami kesulitan akibat penggunaan media sosial atau aplikasi tertentu.

Penting bagi orang tua untuk mengetahui, dan menawarkan dukungan.***

Berita Terkait

Top