Waspada, Serangan Jantung Bisa Datang Kapan Saja


Setiap hari aku mesti minimal lima jenis obat, di antaranya pengencer darah dan tensi. (foto: Mas Reko)

Mas Reko. com, SOLO-Waspada, serangan jantung bisa datang kapan saja. Tiba- tiba saja batukku muncul tanpa sebab, dan keringat dingin pun mengucur deras. Aku pun meminm obat batuk yang biasa kuminum, batukku belum reda juga. Nafasku semakin pendek dan sulit menarik nafas panjang.

Baca Juga :  Hari Ini Aku Kontrol ke Spesialis Jantung

Aku berusaha tidak panik, serangan jantung yang berulang kali ini menyergapku, mengajariku keluar dari serangan ini.
Anak-anakku masih tidur lelap, kendati jam di dinding sudah pukul menunjuk 7.00 WIB. Akupun membangunkan Ardan dan kukatakan aku sesak nafas, dia segera bangun dan memesan taksi online.

Masuk ICU

Tiada jalan lain, aku pun dilarikan ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit Kasih Ibu. Di sini perawat memberiku pernafasan oksigen, saat itu aku lega.
Ada dua kelegaan, lega pertama, serangan sudah berlalu, penanganan pertama dimulai. Lega yang kedua, lega pernafasanku. Tarikan nafasku bisa agak panjang.
Alat rekam jantung pun menempel di kedua kakiku dan tanganku serta dadaku. Akhirnya perawat memutuskan untuk memindahkanku ke ICU.
Anakku bercerita, saat serangan itu rekam jantungku buruk. Itulah salah satu alasannya aku masuk ICU. Disamping tensiku di bawah angka seratus, baik atas apalagi bawah.
Biasanya dari IGD langsung ke bangsal, ini kok berbeda. Mungkiin serangan jantung ini agak serius, dibandingkan biasanya.
Sehari aku mendapatkan perawatan di ICU, sebelum aku dipindahkan ke bangsal. Anakku mengatakan, jika tensiku terlalu rendah, 54/44.
Itulah salah satu sebab yang membuatku masuk ICU dan mendapatkan perawatan intensif.

Serangan Datang Lagi

Siang itu aku mulai menikmati bangsal bersama satu pasien yang lain. Ketika matahari sore mulai menunjukkan diri aku berusaha tidur.
Karena aku menggunakan BPJS kelas satu, aku pun mendapatkan perawatan di bangsal dengan pasien yang lain. Artinya, bangsal yang kutempati untuk dua pasien.
Gangguan mulai muncul ketika jam di dinding menunjukkan dua dini hari. Aku terbangun dengan caranya berdoa yang tak wajar dari tetangga pasien.

Baca Juga : Kurawat Jantungku Dengan Rajin Kontrol

Bagaikan bersajak dengan suara bariton, tanpa mempedulikan sekitar. Bahkan dia berceloteh bahwa dia bersikap begitu, karena diperintah oleh Tuhannya. Itu berlangsung hingga pagi hari.
Cara berdoa yang nyleneh itu berkurang volumenya, saat keluarganya datang. Namun, lelaki ini nada bicaranya tetap lantang.
Gangguan ini memaksaku untuk minta pindah bangsal. Aku pun pindah ke bangsal yang lebih menolongku dari gangguan.
Akupun sudah berpindah bangsal. Alhamdulillah bangsal ini hanya aku yang berada di bangsal ini.
Ketika waktu menunjuk sekitar pukul 8, tiba- tiba-tiba anakku berteriak berusaha menyadarkanku. Yang menurutnya kelopak mataku hanya terlihat putih saja.
Aku tidak merasakan apapun, justru aku ingin terbang. Ternyata tensiku ngedrop lagi, aku seperti melayang.
Setelah diperiksa dokter jaga, malam itu juga aku dipindahkan ke ICU lagi.
Di slang infus di pasang slang lagi, slang ini untuk mengalirkan obat yang berfungi untuk menstabilkan tensi. Entah apa nama obatnya, yang jelas aku bisa bernafas dengan baik, akupun tidur.
Ketika dokter yang merawatku datang, yaitu dr Habibie. Dia mengatakan, salah satu cara menghindarkan serangan jantung datang lagi, harus pasang ring jantung.
“Salah satu cara hindarkan serangan jantung lagi, harus pasang ring jantung lagi, ” katanya.
Aku pun mengiyakan. Aku tanpa memperhitungkan faktor bahwa aku sudah pasang ring jantung empat di dadaku.

Tambah Ring Di Pembuluh Jantung

Siang itu juga, hari Kamis, tim RS Kasih Ibu mendaftarkan aku ke RSUD dr Mawardi. Akupun diantar mobil ambulance menuju ke RSUD dr Muwardi.
Akupun masuk dan ditempatkan di salah satu sudut IGD rumah sakit tipe A milik Pemprov Jawa Tengah ini.
Di sini sekitar lima jam aku menunggu untuk masuk ke ruang ICCU. Di IGD ini pasien mesti menyelesaikan administrasi sembari menunggu di salah satu sudut ruang itu.

Baca Juga : Jantungku Ditambah dengan Dua Ring Lagi

Akhirnya aku pun pindah ke ruang Intensif Coronary Care Unit (ICCU). Di sini hanya ada 12 tempat tidur, tiga di antaranya ruang khusus, bagi pasien yang tingkat kegawatannya inggi.
Jika diukur dengan angka, tingkat kegawatan IGD adalah 5, sedangkan ICU di angka 6, maka ICCU di atas 6 dan ruang tertutup lebih tinggi lagi tingkat kegawatannya.
Ruang Intensif Coronary Care Unit (ICCU) dikhususkan pada pasien dengan penyakit jantung serta pembuluh darah yang tingkat kegawatannya sulit diterka.

Wanita Berbobot 100 Kg Lebih

Selang dua hari aku ditempatkan di ruang ini, masuk seorang pasien wanita asal Rembang. Dia memiliki bobot lebih dari 100 Kg.
Ceritanya wanita ini semula mencari rumah sakit di Semarang, namun semuanya penuh. Maka suaminya meneruskan perjalanan ke Solo dan masuklah ke ruang yang sekarang dan tempat tidurnya bersebelahan denganku.
Wanita ini jika membutuhkan perawat, dia menggunakan kipas yang ditepuk-tepukan ke pembatas tempat tidur.
Dua hari setelah itu, wanita ini meninggal dunia. Tentu setelah dibantu dengan nafas bantuan oleh perawat.
Bahkan, sebelumnya di tempat tidur yang sama ada pasien, jika makan minum lewat bantuan alat sonde. Ini dua pasien yang berbeda tingkat kegawatannya, entah di tingkat apa kegawatan keduanya.

Baca Juga : Oh Tersedakku Karena Stroke Ringan

Meski tim perawat dan dokter sudah berusaha maksimal, tapi Allah berkehendak, maka terjadilah.

Aku Mulai Gelisah

Aku mulai gelisah, ketika menjelang operasi pasang ring jantung yang akan dilakukan. Gelisah lantaran dokter mengatakan bahwa aku sebelum dipasang ring harus lewat karteter.
Proses ini di kalangan dokter dikenal teropong jantung. Bagi orang awam pasti bertanya-tanya, teropongnya lewat apa?
Alat teropong jantung itu lewat nadi di lengan tangan kanan. Sebenarnya sebelum operasi aku ditawari oleh asisten dokter yang mengoperasiku.
“Mau lewat lengan atau kaki, ” katanya.
Aku memilih lewat lengan saja, karena penyembuhan pasca tindakan hanya tiga jam. Jika lewat kaki, di sekitar pupu, penyembuhannya sekitar sehari.
Itupun kaki diberi pemberat, agar kaki tidak digerakkan atau ditekuk. Itulah mengapa aku pilih lengan ketika ditawari pilih kaki atau lengan, lantaran penyembuhannya lebih cepat lengan.
Hanya saja, jika lewat lengan akan berefek pada getaran di lengan, saat mengendarai motor , terutama saat cuaca dingin.

Baca Juga :  Menikmati Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit

Rasa gelisahku mulai berkurang, saat teropong jantung itu sudah masuk ke nadiku. Dan aku bisa melihat rongga jantung dari layar monitor.
Aku bisa tahu posisi ring jantung yang terpasang, sebelum dipasang ‘balon’. Ring jantung itu seperti tertutup kabut.
Dokter yang mengoperasi jantungku berkesimpulan bahwa ini cukup dipasang’balon’ atau ditiup saja.
Selepas ‘ditiup’ rasa di dada pun longgar. Saat itu, di layar monitor terlihat dua ring yang sudah bersih, letaknya di atas dan di bagian bawah pembuluh.
Asisten dokter jantung mengatakan, operasi itu berjalan sekitar 17 menit. Sedangkan dengan persiapannya sekitar 1,5 jam. Waspada, serangan jantung bisa datang kapan saja.
***

Berita Terkait

Top