Ketika Semua Orang Bagaikan Raja


Versi ini muncul dalam sebuah tulisan darwis pengembara yang dikutip dari sebuah cerita yang dianggap berasal dari Amir Sultan. iIustrasi: Ist/sindonews.com)

SURAKARTA, (Mas Re)–Dalam satu cerita sufi yang diambil dari *Tales of The Dervishes* karya Idries Shah, diceritakan tentang sebuah negeri , setiap orang dipandang bagaikan raja. Di sana, ada seorang pangeran muda bernama Dhat yang hidup dengan nyaman di tengah keluarganya yang makmur.

Namun, ketika Dhat mencapai usia tertentu, orang tuanya memberi tahu bahwa sudah menjadi tradisi bagi para pangeran di negeri mereka untuk menjalani ujian. Pangeran harus melakukan perjalanan jauh untuk membuktikan dirinya layak mewarisi tahta.

Baca juga: Raja Salman Undang 1.000 Keluarga Korban Perang Gaza

Dengan bekal makanan dan perlengkapan khusus, Dhat memulai perjalanan ke negeri bernama Misr dengan menyamar agar tidak dikenali sebagai pangeran. Tugas utamanya adalah membawa pulang batu permata berharga yang dijaga oleh raksasa. Dalam perjalanan, Dhat mengalami tantangan yang besar.

Setelah beberapa waktu, dia bertemu dengan seorang teman seperjalanan yang memiliki tujuan yang sama. Namun, lingkungan di Misr membuat mereka lambat laun melupakan tujuan mereka dan terjebak dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga :Kejagung Sita Dua Perusahaan Milik Raja Timah Bangka Tamron, Petani Sawit Demo

Setelah bertahun-tahun hidup di Misr, Dhat menjadi tidak sadar akan tugas yang diembannya. Namun, berkat bantuan dari orang-orang di negerinya yang mengirim pesan gaib, Dhat terbangun dari keterlenaannya dan kembali ingat akan misinya.

Dengan bantuan suara gaib, Dhat akhirnya berhasil mengalahkan raksasa penjaga dan mengambil batu permata yang ia cari.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Dhat kembali ke negerinya dan menyadari bahwa tempat asalnya, yang sebelumnya dianggap biasa, kini terlihat lebih megah dan damai dari sebelumnya.

Baca juga:9 Tewas Akibat Panas Ekstrem di Rajasthan India

Kini ia mengerti bahwa negerinya yang disebut orang-orang Misr sebagai “Salamat” sebenarnya berarti kedamaian sejati.

Cerita ini mencerminkan tema keterasingan dan pencarian jiwa, yang juga ditemukan dalam karya-karya lain seperti *Hymn of the Soul* dari Perjanjian Baru Apokripa, serta dalam alegori tentang Keterasingan Jiwa oleh Ibnu Sina, seorang filsuf yang dikenal sebagai Avicenna di Barat. Versi ini juga dikisahkan oleh darwis pengembara yang terinspirasi dari Amir Sultan, seorang Syeh dari Bokhara yang mengajar di Istanbul pada abad ke-15.***

 

disadur dari kisah sufi sindonews.com

Berita Terkait

Top