Bermukim di negeri resesi, lantas…
Ketika negeri masuk resesi, maka semua dompet mulai dikalkulasi ulang.. (foto: Nicola Barts/Pexels)
Oleh : Reko Suroko
SOLO- (Mas Reko)– SAYA tak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjelaskan tentang resesi. Kenapa tiba-tiba saya ingin membahas resesi? Ingin tahu lebih jauh dan apa pengaruhnya bagi gaji seorang karyawan.
Apa pula pengaruhnya bagi pedagang gorengan atau bagi warteg yang tersebar di negeri yang elok ini.
Baca Juga : Mengenal yang berbeda di Hawaii yang lain
Karena saya pernah menjadi jurnalis walaupun kelasnya ecek-ecek, tapi memiliki rasa ingin tahu yang cukup memadai, maaf ngecap. Maka untuk memenuhinya saya mesti membaca, membaca apa saja dan apapun sumbernya.
Begitu juga dengan resesi ini, saya baca banyak media online yang menurunkan tulisan tentang hasil survey Bloomberg. Survey lembaga keuangan yang bermarkas di New York ini menempatkan negeriku, sebagai negara no 14 yang terancam resesi. Itu dari 15 negara yang masuk dalam pantauan Bloomberg.
Maaf, saya belum membahas apa itu resesi, tentu pembaca ingin tahu negara mana saja yang masuk 15 negara yang terancam resesi.
Boleh jadi, survey ini berangkat dari kebangkrutan negara Sri Langka, yang presidennya melarikan diri, setelah dipaksa rakyatnya untuk turun.
15 Negara Itu
Sri Lanka—yang mengalami ketidakstabilan ekonomi dan sosial baru-baru ini—menempati posisi pertama negara berpotensi resesi dengan presentase 85%,
Baca Juga : Kunci Bahagia Lansia Wajib Rutin Olahraga
Menyusul kemudian New Zealand 33%, Korea Selatan dan Jepang dengan presentase 25%.
Sedangkan China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan dengan presentase 20%.
Malaysia 13%, Vietnam dan Thailand 10%, Filipina 8%, Indonesia 3%, dan India 0%.
Membaca angka prosentase potensi ancaman resiko 3 % cukup aman dan ‘nyaman’ dibanding yang memiliki angka prosentase besar, misal Malaysia, maupun Vietnam serta Filipina.
Apa Itu Resesi?
Mengutip dari situs cermati.com bahwa resesi ekonomi atau resesi adalah masa atau periode ketika terjadi penurunan roda perekonomian. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya PDB atau produk domestik bruto selama 2 kuartal sekaligus.
Terjadinya resesi juga diindikasikan oleh kenaikan jumlah pengangguran, kontraksi pada pendapatan manufaktur, dan penurunan penjualan produk ritel dengan jangka waktu panjang. Jadi, resesi bisa diartikan sebagai kontraksi atau pelambatan besar pada aktivitas ekonomi di sebuah negara.
Di samping itu, definisi lain dari resesi adalah penurunan kegiatan ekonomi secara signifikan dan berlangsung selama beberapa bulan.
Baca Juga : Resesi Dan Krisis Pangan Jadi Ancaman Global
Jika pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu mencapai 0% atau bahkan minus, hal tersebut juga bisa disebut sebagai resesi. Jika dibiarkan dalam waktu lama, fenomena ekonomi ini mampu berujung pada kebangkrutan ekonomi dan kekacauan di masyarakat.
Tanggapan Menkeu
Atas hasil survey Bloomberg itu, Menkeu Sri Mulyani mengatakan penopang ekonomi nasional masih lebih baik.
“Indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan dari GDP (produk domestik bruto), dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga, serta monetary policy kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%, dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas, yaitu di atas 70%,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali, Rabu (13/07), seperti dikutip BBC News (Kamis, 14/7).
Untuk pengkayaan informasi saya perlu mencari pendapat pakar. Salah satu ekonom muda dari Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira yang saya pilih.***
Bloomberg, BBC News, cermati.com