Bukan Halusinasi! Ini Bukti Ekonomi Indonesia Sedang Dalam Masalah


Foto: Petugas Kepolisian dan Dinas Perhubungan di kawasan Bundaran Senayan, Jakarta, Rabu (6/9/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, (Mas Reko) – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa proyeksi ekonomi global diperkirakan masih suram hingga tahun depan. Beliau menyoroti tantangan dan berbagai risiko ekonomi global yang mungkin terjadi hingga 2025.

Baca juga : Daya Beli Tergerus Inflasi & Ditekan Tapera

Menurut Sri Mulyani, “Kami sudah sampaikan bahwa lingkungan global masih dinamis dan tantangannya semakin tinggi,” dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, dikutip Kamis (13/6/2024).

Tantangan Ekonomi Global

Baca juga : Bayang-bayang Lonjakan Inflasi Dalam APBN 2023

Ada enam tantangan besar yang harus dihadapi dunia ke depan, yaitu:

1.     Suku Bunga Tinggi: Kebijakan kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara maju.
2.     Pembatasan Perdagangan: Pengetatan restriksi perdagangan yang meningkat sejak 2021.
3.     Volatilitas Harga Komoditas: Fluktuasi harga komoditas yang tidak stabil.
4.     Ketegangan Geopolitik : Konflik dan ketegangan politik antar negara yang mempengaruhi ekonomi global.
5.     Penuaan Populasi Dunia: Dampak dari populasi yang menua pada produktivitas dan ekonomi.
6.     Dampak Perubahan Iklim: Krisis iklim yang mengganggu keseimbangan ekonomi dan lingkungan.

Baca juga : 5 Ancaman yang Mengintai Indonesia Akibat Kurs Rupiah Rp16.000 dan Bunga Tinggi: Harga HP Naik hingga PHK

Sri Mulyani menambahkan, “Geopolitik menyebabkan perubahan besar dan menciptakan tatanan ekonomi baru. Restriksi perdagangan yang melonjak sejak 2021 dan mencapai 3000 pembatasan pada 2023 dengan nilai yang tidak main-main.”

 Implikasi Kebijakan Inflasi

Tantangan ekonomi ini termasuk inflasi yang tinggi. Di beberapa negara maju, lonjakan inflasi direspons dengan kenaikan suku bunga acuan. Akibatnya, suku bunga acuan tetap tinggi dalam waktu lama karena inflasi yang tidak kunjung reda.

Baca juga :Pakar tentang Keputusan Jokowi Berlakukan Tapera: Apa Hak Negara Mengatur Keuangan Swasta?

“Implikasi dari kebijakan di negara-negara maju untuk merespons inflasi tinggi menyebabkan likuiditas ketat dan suku bunga meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan arus keluar modal dan meningkatkan biaya utang yang dialami semua negara, baik di AS dan Eropa maupun dampaknya di seluruh dunia,” jelas Sri Mulyani.

Dampak di Indonesia

Di dalam negeri, kondisi ekonomi Indonesia juga mulai mengalami tantangan serupa. Nilai tukar rupiah yang lemah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman serius. Jika kondisi ini terus berlanjut, berbagai dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga melemahnya daya beli masyarakat.

Baca juga : Daya beli makin melemah, Tapera dipaksakan

Data ekonomi saat ini cukup mengkhawatirkan berbagai pihak. Selain itu, harga barang yang terus naik di tengah daya beli masyarakat yang tidak optimal juga menjadi perhatian utama.

Situasi ekonomi global dan domestik yang penuh tantangan ini membutuhkan kebijakan yang tepat dan responsif. Dengan memahami risiko dan mempersiapkan langkah-langkah strategis, Indonesia diharapkan dapat menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonominya.(RS)

 

 

Sumber : CNBC Indonesia

 

Berita Terkait

Top