Harga beras masih tetap tinggi, kendati harga gabah turun
Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 1 Maret 2024. Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Selatan-Bangka Belitung mendapatkan pasokan beras impor sebanyak 42.000 ton beras dari Thailand, Vietnam, Myanmar yang akan didistribusikan ke dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung sebagai cadangan beras pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
JAKARTA, (Mas Reko) –Menurut Bayu Krisnamurthi, Diretur Utama Bulog, kenaikan harga beras saat musim panen besar terjadi disebabkan oleh kebijaksanaan pedagang yang cenderung mempertahankan harga tinggi, mungkin karena khawatir akan kualitas panen yang buruk di masa depan atau dampak dari situasi geopolitik yang memengaruhi nilai tukar dolar AS.
Baca juga: Stok Bulog berkurang, harga beras melambung
Dia percaya bahwa para pedagang ritel memperhitungkan faktor-faktor ini dalam menetapkan harga, dan menekankan pentingnya keterlibatan ritel untuk menstabilkan harga beras di masa mendatang. Hal tersebut seperti dikutip Tempo, Jumat (3/4).
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat bahwa pada tanggal 3 April 2024, harga beras medium sebesar Rp 13.680 per kilogram dan harga beras premium mencapai Rp 15.890 per kilogram, yang masih dianggap mahal.
Namun, harga pembelian gabah dari petani saat ini turun drastis sejalan dengan panen besar. Bulog saat ini hanya membeli gabah seharga Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram. Serikat Petani Indonesia telah meminta pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menjadi Rp 7.000 per kilogram sebagai respons terhadap situasi ini.
Meskipun diminta untuk berkomentar mengenai permintaan tersebut, Bayu menolak untuk memberi tanggapan, menjelaskan bahwa Bulog tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga, karena itu adalah kewenangan pemerintah. Bulog hanya bertugas melaksanakan kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
Baca juga: Harga beras naik, kebijakan impor seperlunya, agar petani diuntungkan
Bulog mampu menyerap hingga 30.000 ton beras per hari dari petani melalui sentra pengolahan padi atau beras melalui mitra, serta melalui program jemput gabah. Mereka memprediksi bahwa panen besar akan berlangsung dari Mei hingga awal Juni 2024.
Meskipun saat panen raya stok beras melimpah, Bayu mengingatkan bahwa penting untuk tetap waspada mengingat masuknya musim kering pada bulan Agustus. Oleh karena itu, impor beras akan tetap dilakukan dan tidak akan dikurangi, tetapi akan difokuskan pada wilayah yang bukan sentra produksi beras. Langkah ini diambil untuk menjaga kestabilan stok beras ke depannya.
Baca juga: Menekan harga beras yang tinggi, solusinya impor ?
Bayu menjelaskan bahwa bulan Juli dan Agustus tidak menjamin adanya panen, dan tingkat ketidakpastiannya tinggi. Oleh karena itu, yang terpenting adalah memiliki stok beras yang memadai sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan tersebut. (erka)
Sumber : Tempo.co