Investor Ramai-Ramai Kabur Jual Surat Utang RI


Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, (Mas Reko ) –Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau melonjak hampir ke 6,88% hari ini, Selasa (16/4/2024).

Baca juga:  Waspadai krisis ekonomi, ditengah klaim ekonomi baik-baik saja

Dilansir dari Refinitiv, imbal hasil SBN pada Selasa per pukul 11:50 WIB mengalami pergerakan signifikan 23,7 basis poin dari 6,643% pada penutupan perdagangan kemarin. 

Imbal hasil ini merupakan yang tertinggi sejak 14 November 2023 atau sekitar lima bulan terakhir.

Investor lepas SBN

Imbal hasil yang melambung tinggi ini menandakan investor cenderung melepas SBN. Banyaknya investor yang melepas SBN ini juga menjadi salah satu faktor dari jebloknya rupiah pada hari ini. Hingga Selasa (16/4/2024) pukul 14.15 WIB, rupiah ambruk 2,08% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp 16.170 per US$1.

Baca juga:  Mengungkap Skandal Mega Korupsi Tata Niaga Timah, Rp 271 T

Banyaknya SBN yang dilepas sudah berlangsung sebelum libur Lebaran. Hal ini dapat dilihat dari data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan pertama April 2024.

Berdasarkan data transaksi 1 – 4 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp8,07 triliun terdiri dari jual neto Rp1,41 triliun di pasar SBN, jual neto Rp5,88 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sedangkan selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sd 4 April 2024, investor asing jual neto Rp34,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp23,95 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp19,05 triliun di SRBI.

Baca juga:  Mengolah Daun Kelor Menjadi Jamu yang Berkhasiat

Keluarnya investor asing ini mencerminkan kepemilikannya yakni sebesar 14,16% pada 1 April 2024 menjadi 14,14% pada 4 April 2024.

Ketidakpastian global 

Hal ini terjadi akibat Penerbitan global yang terjadi selama masa Lebaran 2024 seperti data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi pasar dan ekskalasi konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.

Perang meningkatkan kinerja global sehingga investor cenderung menarik dana dari aset berisiko tinggi dan negara berkembang.

baca juga :  Bisnis Harvey Moeis, Suami Sandra Dewi yang Kena Kasus Korupsi Menggurita

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto mengungkapkan selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global dimana rilis data fundamental AS semakin menunjukkan bahwa perekonomian AS masih cukup kuat seperti data inflasi dan penjualan ritel yang di atas ekspektasi pasar.

Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pun mengalami kutipan seiring data AS yang masih cukup panas.

Survei CME FedWatch Tool menunjukkan pergeseran dari Juni 2024 sebagai first cut rate menjadi September 2024 dengan persentase 45,7%. (RS)

 

Sumbe: CNBC Indonesia 

Berita Terkait

Top