Kiamat Beras , Siapa pegang kuasa?
Setiap bulir padi adalah tetesan keringat petani berhari-har. (Gambar oleh Anh Nhi Đỗ Lê dari Pixabay)
SOLO, (Mas Reko)- Negeriku Indonesia apakah sebagai penghasil atau pengimpor beras? Jika penghasil, harga beras kok terus menanjak. Kalau pengimpor beras, ternyata negeriku kaya raya, mampu menyediakan pangan untuk rakyatnya. Benarkah itu?
Situs CNBC Internasional mengabarkan berbagai negara penghasil beras mulai megendalikan beras. Artinya, mereka memainkan kapan mesti melepas ke pasar, kapan mesti melarang menjual.
Baca Juga : Perencanaan Pemerintah Soal Beras Kacau
Mestinya ketika di banyak negara menghentikan mengekspor berasnya, bagi negeriku tenang -tenang saja. Tidak kelejotan seperti ikan mujair kekurangan air. Indonesia yang dulu swasembada beras, bahkan pangan, kini tak lagi.
Boleh jadi, kini kita bagaikan mati di lumbung padi.
Krisis beras
Krisis beras kemungkinan akan melanda dunia. Langkah beberapa negara eksportir beras komoditas melarang penjualan ke luar negeri. Paling anyar Myanmar berencana membatasi ekspor beras. Negara ini hendak mengatur kenaikan harga dalam negeri.
Seorang pejabat badan industri beras mengungkapkan kenaikan harga dalam negeri condong bagi pihak berwenang untuk membatasi ekspor.
“Kami untuk sementara akan membatasi ekspor beras selama sekitar 45 hari sejak akhir bulan ini,” kata seorang anggota senior Federasi Beras Myanmar kepada pada Jumat lalu, seperti dilaporkan Reuters, dikutip Rabu (30/8/2023).
Posisi Myanmar
Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) Myanmar adalah eksportir beras terbesar kelima di dunia. Negeri itu berdagang lebih dari 2 juta metrik ton per tahun.
Langkah Myanmar ini merupakan langkah susulan dari tetangganya , , India, yang melarang ekspor beras. Sejak bulan lalu melarang beras putih non-basmati. Hal ini mengurangi pasokan di pasar global sekitar 10 juta ton, atau 20%.
Baca Juga : Siapa Berkontribusi Polusi Udara Jakarta …..
Bukan hanya kedua negara itu, Myanmar dan India, yang melarang mengekspor beras, namun juga Uni Emirat Arab (UEA) serta Rusia . Mereka juga telah mengambil kebijakan yang sama. UEA sejak bulan lalu, telah melarang ekspor semua varietas termasuk beras merah, beras giling penuh atau sebagian, dan beras pecah, selama empat bulan ke depan.
Sementara itu, Sputnik, Rusia juga melarang ekspor beras dan menir hingga 31 Desember 2023. Alasannya untuk menjaga stabilitas di pasar domestik, begitu Sputnik mewartakan.
“Pemerintah memberlakukan larangan sementara ekspor beras dan menir beras,” kata Kremlin melalui Telegram. “Pembatasan itu berlaku hingga 31 Desember 2023. Keputusan itu diambil untuk menjaga stabilitas pasar dalam negeri.”
Vietnam dan Thailand?
Sementara itu, dua eksportir terkemuka dari Asia Tenggara, Thailand dan Vietnam sejauh ini belum menerapkan larangan serupa. Walau begitu, harga beras global yang ditawarkan oleh kedua negara telah meningkat sejak keputusan India untuk membatasi pasokan.
Baca Juga : Polusi mengintai usai pendemi
Harga beras pecah 5% di Vietnam dihargai US$650-US$660 per metrik ton, dibandingkan US$660 pada minggu sebelumnya. Harga ekspor beras pecah 5% di Thailand naik menjadi US$630 per metrik ton dari US$615-US$620 pada minggu lalu.
Pasokan Beras RI?
Di sisi lain, larangan ini pun sempat disebut berpengaruh pada pasokan di Indonesia dan Filipina, di mana keduanya disebutkan bergegas meningkatkan pembelian. Pembelian ini disebabkan El Nino yang menghantam kedua negara sehingga ditakutkan menurunkan produksi domestik.
“Kekhawatiran atas potensi dampak El Nino pada produksi di beberapa pemasok memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga, begitu pula gangguan yang disebabkan oleh hujan dan variabilitas kualitas dalam panen musim panas-musim gugur Vietnam yang sedang berlangsung,” kata laporan FAO, seperti dikutip CNBC International.
Baca Juga : Mengenal yang berbeda di Hawaii yang lain
Dari sisi harga, harga beras di RI juga dilaporkan naik. Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga beras pada hari Minggu (27/8/2023) mencatat harga beras medium naik Rp40 ke Rp12.210 per kg dan beras premium naik Rp20 ke Rp13.880 per kg.
Sepekan sebelumnya (21 Agustus 2023), harga beras medium tercatat di Rp12.090 per kg dan beras premium di Rp13.780 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.
Harga naik siapa yang diuntungkan, harga turun siapa yang menikmati. Siapa yang pegang kuasa, siapa yang pegang sangkakala? *** (Reko Suroko)
Sumber : CNBC Internasional, Reuters