Masyarakat mulai merasakan hantaman El Nino


ilustrasi; Kekeringan menghantam hampir di semua wilayah. (foto: Marion/pixabay)

SOLO, (Mas Reko)-Kang Suro belakangan ini merasakan cuaca yang semakin panas, apalagi curah hujan sudah lama menghilang. Orang -orang sekitar, masyarakat awam, tak banyak yang tahu. “Mereka hanya merasakan dampaknya, ” pikir Kang Suro.

Kang Suro harus berselancar di Google mencari tahu tentang cuaca yang ekstrim ini. Dari situs VOA mewartakan, bahwa ini sapaan El Nino yang merupakan peristiwa peningkatan suhu lautan yang biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun di Pasifik tengah dan timur.

Kondisi itu yang menyebabkan kenaikan suhu udara di seluruh dunia.

Baca Juga : Cuaca buruk hantam kesehatan mental Anda?

Seumur-umur Kang Suro baru paham soal pengaruh permukaan air laut yang memanas. Dulu, tahunya cuaca panas karena kemarau dan hujan karena musim hujan. Itu tidak lebih.

Lantas bagaimana pengaruhnya bagi petani padi atau hortikultura seperti yang berada di lereng pegunungan. Mereka, para petani, membutuhkan air, tapi air sulit di dapat.

Polusi udara Jakarta

Tak mengherankan jika cuaca ekstrim ini mengakibatkan polusi udara yang akut. Kondisi kesehatan manusia mudah drop, karena perubahan cuaca. Anak-anak yang daya tahan tubuhnya tak mampu menahan serangan, pasti terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

Sungguh tidak bijaksana jika persoalan polusi udara digunakan untuk promosi motor atau mobil listrik. Apalagi menggiring opini bahwa Jakarta sudah tidak layak dihuni. Maka beramai-ramai pindah ke Penajam, Kaltim.

Sungguh terlalu, jika itu yang dipikirkan. Mestinya mencari solusi mengatasi polusi udara, agar menjadi jauh lebih bersih. Alih-alih begitu, berargumen pindah atau tidak yang kemungkinan dipikirkan.

Baca Juga : Nikita Willy terapi garam hadapi polusi udara

Masyarakat yang menjadi korban polusi udara, bukan sekadar anak -anak, namun juga orang tua yang tidak mampu beli air. Ini semua siapa yang mesti mengurusnya.

Cuaca panas yang menyengat

Cuaca panas yang menyengat siapa pun merasakan itu. Namun, cuaca seperti ini pemerintah mestinya berupaya membantu masyarakat korban El Nino.

Pertanda bahwa itu El Nino adalah jika siang panas, menjelang sore cuaca berubah menjadi dingin bagaikan menusuk tulang. Itulah El Nino tiba.

Bagaimana nasib petani yang menggarap sawah, kebun atau bagaimana pula nelayan apakah berani melaut?

Bayangan gagal panen?

Bayangan gagal panen itu sudah berada dalam bayang-bayang mereka. Bukan hanya petani, tapi keluarga petani. Mereka yang diandalkan hanya hasil panen tiga bulan sekali, terus panennya gagal.

“El Nino masih akan bertahan sampai akhir tahun. Tapi dampaknya seiring dengan datangnya musim hujan makin berkurang. Sebab November sudah ada mulai hujan,” kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab, Senin (31/7), seperti dikutip VOA Indonesia.

Baca Juga : Memilih Aktivitas untuk Lansia Agar Tetap Bugar

Jika BMKG memprediksi begitu tentu masyarakat layak percaya dan bersiap menanggulangi dampaknya. El Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik.

Suhu menjadi yang lebih hangat dari biasanya ini mengakibatkan pengurangan udara basah di wilayah sekitarnya yang pada akhirnya ikut menaikan suhu.

“Artinya fenomena ini bersifat global. Dampaknya tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi di Indonesia dampak yang paling kuat dirasakan adalah berkurangnya curah hujan. Ketika kita di musim kemarau ditambah El Nino jadi makin kering wilayah kita. Itu dampaknya yang jelas terjadi,” jelas Fachri.

Menurut BMKG, gejala ini telah beberapa kali terjadi di Indonesia, termasuk pada tahun 2015 dengan intensitas tinggi dan pada tahun 2019 dengan intensitas lemah.

Berdasarkan data analisa dari BMKG bahwa tahun ini fenomena itu telah mengakibatkan kemarau di 63 persen wilayah Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. “Diperkirakan musim kemarau ini akan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya,” ucap Fachri.

Baca Juga : Lewat instagram pernikahan Britney berakhir

Meski demikian, gejala El Nino diprediksi akan bertahan hingga akhir tahun 2023. Tapi sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim hujan mulai Oktober mendatang.

Dampak El Nino bagi Indonesia

Salah satu dampak yang dicirikan di Indonesia adalah kering dan ada hutan yang terbakar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersiap untuk menanggulangi dampak El Nino.

 Ilustrasi : Masyarakat mulai merasakan dampak sengatan El Nino. (foto; Josealbafotos)

“Dalam langkah mengatasi kekeringan kami memberikan imbauan kepada daerah-daerah untuk memastikan ketersediaan air khususnya di daerah-daerah yang biasanya timbul kekeringan. Mumpung sekarang masih bisa mendatangkan hujan,” ujar Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto kepada VOA.

Menurutnya, modifikasi cuaca juga dilakukan pemerintah untuk mendatangkan hujan di wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak El Nino.

 “Kami bekerja sama dengan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca, yaitu mendatangkan hujan untuk mengisi danau, embung, sungai, serta sumur,” jelasnya.

Baca Juga : Kunci Bahagia Lansia Wajib Rutin Olahraga

“Apabila operasi karhutla membesar dan tidak bisa diatasi oleh operasi darat. BNPB menyiapkan langkah terakhir dengan menggelar operasi udara dengan menggunakan helikopter yang melakukan water bombing,” ucap Suharyanto.*** (Reko Suroko)

 

Sumber : VOA Indonesia.

 

 

Berita Terkait

Top