Penyebab Kerusuhan di Kaledonia Baru: Dari Status Kemerdekaan hingga Perebutan Nikel
Kaledonia Baru mengalami kerusuhan karena sentimen dan desakan kemerdekaan dari Prancis. Foto/AP
Jakarta, (Mas Reko)–Kerusuhan di Kaledonia Baru meletus setelah parlemen Prancis menyetujui perubahan konstitusi yang memungkinkan penduduk yang telah tinggal di Kaledonia Baru selama 10 tahun untuk ikut memilih dalam pemilihan provinsi. Para penentang khawatir langkah ini akan menguntungkan politisi pro-Prancis, sedangkan masyarakat Pribumi Kanak yang pro-kemerdekaan telah lama mengupayakan kebebasan dari Prancis.
Baca juga:NCW temukan kejanggalan dari Xinyi Glass, investor proyek Rempang Eco City
Dipicu Perubahan Konstitusi
Kerusuhan tersebut dipicu oleh persetujuan anggota parlemen Prancis terhadap perubahan konstitusi, yang memungkinkan penduduk Kaledonia Baru yang telah tinggal selama 10 tahun untuk memberikan suara dalam pemilihan provinsi. Para penentang khawatir kebijakan ini akan menguntungkan politisi pro-Prancis di wilayah tersebut, sementara masyarakat Pribumi Kanak terus memperjuangkan kemerdekaan mereka dari Prancis.
Keinginan Suku Kanak untuk Merdeka
Suku Kanak menginginkan kemerdekaan bagi kepulauan yang berpenduduk 270.000 jiwa ini. Sementara itu, banyak keturunan Prancis dan masyarakat non-Pribumi lainnya ingin tetap menjadi bagian dari Prancis. Pada 15 Mei, Prancis mengumumkan keadaan darurat minimum selama 12 hari dan mengerahkan 1.000 tentara untuk memperkuat pasukan keamanan di ibu kota, Nouméa, yang kehilangan kendali di beberapa bagian.
Kenaikan Harga Nikel yang Signifikan
Kaledonia Baru memiliki 20-30% cadangan nikel dunia, menjadikan industri ini sangat penting bagi perekonomian lokal dengan kontribusi hingga 90% ekspor dan mempekerjakan sekitar seperempat angkatan kerja. Uni Eropa telah menetapkan nikel sebagai bahan baku penting, yang berarti nikel sangat penting secara ekonomi dan strategis, namun memiliki risiko tinggi terkait pasokannya.
“Diskusi mengenai keinginan Prancis untuk mempertahankan kendalinya atas Kaledonia Baru sebagian dimotivasi oleh keinginan untuk mengamankan cadangan nikel yang besar, mungkin untuk produksi kendaraan listrik di masa depan,” kata Nicholas Ferns, peneliti di Monash University, Australia.
Baca juga :Masyarakat Rempang susah dapat pasokan pangan semenjak bentrok dengan aparat
Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa telah berupaya mengamankan rantai pasokan bahan-bahan penting untuk mengejar ketertinggalan dari China yang mengendalikan sebagian besar pasokan dunia. Pada 2021, pembuat kendaraan listrik Tesla berinvestasi di tambang nikel Goro ketika tambang tersebut dijual ke konsorsium lokal yang mayoritas dimiliki oleh pemangku kepentingan lokal.
Kekhawatiran terhadap gangguan pasokan dari Kaledonia Baru akibat kerusuhan serta sanksi terhadap logam termasuk nikel dari Rusia telah mendorong harga global naik di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September. Harga nikel di London Metal Exchange naik menjadi USD21.275 per metrik ton pada hari Selasa dari USD18.510 pada 8 Mei, tepat setelah kerusuhan dimulai.
Lonjakan harga ini terjadi saat Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan kemungkinan kekurangan pasokan bahan-bahan penting di masa depan, termasuk nikel, karena pertumbuhan permintaan kendaraan listrik yang cepat, penutupan tambang, dan melambatnya investasi.
Baca juga ; Muhammadiyah Desak PSN Rempang Eco-City Dicabut: Sangat Bermasalah
“Tingginya harga nikel akan memberikan dampak yang signifikan terhadap konsumen,” kata Lawrence Loh, profesor strategi dan kebijakan di National University of Singapore Business School. “Kami memperkirakan efek domino pada kenaikan harga banyak barang konsumen yang akan menyebabkan tekanan inflasi yang lebih luas.”
Keterkaitan Tambang dan Kekerasan
Meskipun kenaikan harga komoditas mengganggu industri, sektor nikel di Kaledonia Baru sudah menghadapi masalah sebelum krisis politik ini. Penurunan harga nikel global sebesar 45% tahun lalu memukul perekonomian yang bergantung pada industri nikel.
Industri pertambangan di Kaledonia Baru kesulitan bersaing dengan Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, karena pembatasan ekspor selama beberapa dekade dan tingginya biaya energi, menjadikan nikel di Kaledonia lebih mahal dan kurang menguntungkan untuk diproduksi.
j “Industri nikel p33333333333333333333333333333333asti terkait dengan perdebatan kemerdekaan di Kaledonia Baru,” kata Ferns. “Penurunan harga nikel dalam beberapa tahun terakhir telah memperburuk masalah ekonomi di Kaledonia Baru, yang kemudian berkontribusi pada beberapa faktor penyebab kerusuhan baru-baru ini.” (RS)
sumber :Sindonews.com