Presiden Berkepentingan Impor Gandum, Saat Lawatan ke Ukraina dan Rusia


 

Presiden berkepentingan impor gandum, saat lawatan ke Ukraina dan Rusia(foto: orami.co.id)

Oleh : Reko Suroko

JAKARTA, Mas Reko. com–David Engel yang pernah bertugas di Kedutaan Besar Australia di Jakarta memprediksi apa yang akan terjadi setelah kunjungan Jokowi menemui dua presiden yang sedang bertikai itu.

Dilihat dari sambutannya, terutama Presiden Rusia, Vladimir Putin, ada yang berbeda saat menerima Presiden Jokowi.

Baca Juga : Permainan Lip Service Tengah Diperagakan Mendag Soal Migor Rp 14 Ribu

Vladimir Putin menerima Jokowi begitu dekat. Seperti umumnya pertemuan dua kepala negara. Sangat berbeda saat Putin menerima kepala negara sebelumnya.

Misalnya saat Putin menerima Presiden Prancis, Emmnuel Macron dan saat menerima Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Keduanya duduk masing-masing di ujung meja panjang.

Namun, bagi David Engel, alih-alih bisa mendamaikan kedua negara, Jokowi hanya membawa kepentingan sendiri. Terutama mengamankan impor gandum dari Ukraina ke Indonesia.

“Semakin lama perang dan gangguan yang dihasilkan dalam ekspor gandum dan minyak bunga matahari Ukraina bertahan, semakin tinggi risiko lonjakan harga pangan, yang secara historis telah memicu kerusuhan politik di nusantara,” tulis David Engel, seperti dikutip pojokkiri. net, 1 Juli 2022.

Dilihat dari sambutannya, terutama Presiden Rusia, Vladimir Putin, ada yang berbeda saat menerima Presiden Jokowi.

Baca Juga : Harga Gandum Menggila, Ancaman Pangan Bagi Global

Vladimir Putin menerima Jokowi begitu dekat. Seperti umumnya pertemuan dua kepala negara. Sangat berbeda saat Putin menerima kepala negara sebelumnya.

Misalnya saat Putin menerima Presiden Prancis, Emmnuel Macron dan saat menerima Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Keduanya duduk masing-masing di ujung meja panjang.

Kepentingan Impor Gandum

Namun, bagi David Engel, alih-alih bisa mendamaikan kedua negara, Jokowi hanya membawa kepentingan sendiri. Terutama mengamankan impor gandum dari Ukraina ke Indonesia.

Oleh karena itu, bagi sebagian orang, misi Widodo ke Moskow mungkin akan memunculkan kenangan tentang idealisme Hatta saat ia membentuk identitas baru yang mengagumkan untuk sebuah bangsa dan rakyat yang sampai sekarang menjadi korban kolonialisme Barat selama ketegangan Perang Dingin. Tetapi bagi yang lain, ini setidaknya tentang mie,” tutup David Engel.

India Stop Ekspor Gandum

Sebagaimana diketahui, India merupakan produsen gandum nomor dua terbesar di dunia setelah Cina, dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton. Indonesia sendiri mengimpor gandum sebesar 11,7 juta tiap tahunnya atau setara US$3,45 miliar.

Baca Juga : Kabar BPJS Kesehatan Yang Menggelisahkan

Direktu Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan, pelarangan ekspor semua gandum yang dilakukan India, dapat berdampak terhadap stabilitas pangan di dalam negeri.

Angka impor nya naik 31,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Jadi kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan di dalam negeri.”

“Dengan inflasi yang mulai naik, dikhawatirkan garis kemiskinan akan meningkat,” kata Bhima dalam keterangan tertulis yang dikutip Tempo.co, (14/5/2022)

4 Dampak Bagi RI

Bhima menjelaskan, setidaknya terdapat empat dampak yang akan dirasakan akibat pelarangan ekspor gandum tersebut.

Pertama, harga gandum di pasar internasional telah naik 58,8 persen dalam setahun terakhir. Imbas pada inflasi pangan tentu akan menekan daya beli masyarakat.

Misalnya saja, tepung terigu, dan mie instan. Ditambah lagi, Indonesia tak bisa memproduksi gandum. Sehingga, kata Bhima, banyak industri makanan minuman skala kecil yang harus putar otak untuk bertahan di tengah naiknya biaya produksi.

Baca Juga : Resesi Dan Krisis Pangan Jadi Ancaman Global 

“Kedua, pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius,” ungkapnya.

Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022 telah membuat stok gandum turun signifikan. Dengan adanya kebijakan India, tentunya akan berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang membutuhkan gandum.

Ketiga, pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum. Menurut Bhima, ini seharusnya menjadi kesempatan untuk alternatif bahan baku selain gandum seperti jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia.

Dan keempat, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum. Ini, pada akhirnya dapat menyebabkan harga daging dan telur juga naik lantaran harga gandum meningkat.

Baca Juga : Bayang-bayang Lonjakan Inflasi Dalam APBN 2023

Oleh karena itu, Bhima menyarankan agar pemerintah harus segera mempersiapkan strategi untuk mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India. ***

 

Berita Terkait

Top