Pulau Lepas ke Investor, Warga Rempang Tak Mau Relokasi


Spanduk penolakan relokasi dari warga Rempang Batam dipasang di tepi jalan Trans Barelang. Foto Yogi Eka Sahputra/ Mongabay Indonesia

“Berpancang amanah bersauh marwah kampung Melayu. Kampung bertuah dibentuk dengan sulit keringat serta darah, pantang dipindah selaku fakta sejarah.”

Jakarta, (Mas Reko)— Begitu bunyi spanduk penolakan relokasi oleh Saudara Warga Adat Tempatan (Keramat) terbentang di pinggir Jalur Trans Barelang, Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, dini Mei kemudian Spanduk pula terpasang di sebagian sudut kampung.

Baca yuk: PB NU Soal Rempang: Rakyat jangan dikorbankan

Aksi penolakan masyarakat ini menyusul pelepasan Pulau Rempang, Galang serta Galang Baru ke pengembang ialah PT Megah Elok Graha (MEG), anak usaha Artha Graha, industri Tomy Winata ini formal mengelola 17.000 hektar pulau-pulau itu.
Bagaimana nasib masyarakat yang menetap di kawasan itu jauh saat sebelum pemerintah Kota Batam ada?

Tidak terdapat perundingan

Berita Pulau Rempang hendak dibentuk pemerintah telah tersebar sejak lama. Apalagi saat sebelum MEG formal jadi pengembang pada 12 April 2023, berita itu telah dahulu tersebar dari mulut ke mulut. Masyarakat mulai takut.

Data pembangunan kian nyata sehabis tersebar rencana pengembangan Pulau Rempang dalam wujud file PDF. File itu cepat tersebar dari masyarakat ke masyarakat lain.

Baca yuk: Pulau Rempang: ‘Kami tidak hendak pindah walaupun kami terkubur di sana ‘

Tidak cuma muat kawasan yang hendak dibentuk pula tertulis luasan pembangunan tahapan awal

Diskusi-diskusi antar masyarakat terjadi sehabis data itu santer tersebar Sebagian besar menolak pembangunan jika mempertaruhkan perkampungan mereka. Terlebih hingga relokasi masyarakat ke satu tempat (rusun).

“Kami ini telah semenjak 1834 terletak di kampung ini, peninggalan-peninggalan sejarah kala itu masih dapat dilihat saat ini kata Gerisman Ahmad, Pimpinan Keramat kepada Mongabay, sebagian waktu kemudian

Penolakan semakin merebak

Kekhawatiran masyarakat kian memuncak kala MEG formal selaku pengembang Rempang serta Galang, 12 April 2023. Perihal itu ditandai dengan peluncuran program pengembangan kawasan Rempang di Sekretariat Departemen Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, 12 April 2023. Kegiatan dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Peresmian itu kian membuat penolakan terus bergaung paling utama yang terletak di perkumpulan Keramat. Di dalam Keramat ini tergabung 16 kampung yang sebagian besar menolak relokasi.

Gerisman berkata 16 kampung ialah Tanjung Kertang, Tanjung Kelingking, Rempang Cate, Belongkeng, Tepi laut Melayu, Mongak, serta Pasir Panjang. Kemudian Sembulang, Sungai Raya, Dapur 6 Tanjung Banun, Sang Jantung, Dapur 3 Air Lingka, Galang Baru, serta Pengapit.

Baca yuk : Raja Lingga Turunkan 5 Titah, Panglima Pajaji serta Satria Melayu Siapkan Pasukan

Tidak hanya spanduk penolakan, Keramat pula menjalakan silaturahmi sekalian mangulas pembangunan Rempang, di Tepi laut Kampung Melayu, Rempang, 11 Mei kemudian

Keramat tidak cuma mengundang masyarakat pula BP Batam serta perwakilan MEG selaku pengembang. “Kita cuma mau bersilaturahmi satu sama lain, jangan hingga kita bersama berbenturan,” katanya di depan tamu undangan.

Kegiatan ini wujud kebesaran hati masyarakat mengundang seluruh pihak supaya permasalahan pembangunan Rempang dapat dibicarakan dengan baik. Tampaknya yang tiba cuma Direktur MEG, minus perwakilan pemerintah wilayah baik Pemerintah Kota Batam ataupun BP Batam.

aku tidak kecewa, namun sangat kecewa, ini fakta pemerintah tidak terbuka kepada kami,” kata Gerisman.

Tidak lama sehabis kegiatan Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengutarakan permintaan maaf lewat siaran pers sebab tidak tiba dalam undangan Keramat.

Ia berjanji mengundang masyarakat Rempang. “Dalam waktu dekat, sebab kemauan yang kokoh dari Kepala BP Batam buat berjumpa dengan warga Rempang-Galang, kami hendak aturkan jadwal spesial buat ini,” kata Ariastuty Sirait, Kepala Biro Humas Promosi serta Protokol BP Batam, Mei kemudian

Hingga tulisan ini turun Gerisman bilang tidak sempat diajak Kepala BP Batam bicarakan pembangunan Pulau Rempang, Galang serta Galang Baru.

Masyarakat bersama-sama membacakan statment perilaku penolakan pembangunan yang mengusik kampung mereka.

Masyarakat memohon pembangunan Pulau Rempang tidak mengusik kampung yang terdapat semenjak ratusan tahun kemudian

Luas kampung dekat 1.000-1.500 hektar, ataupun cuma 5% dari 17.000 hektar kawasan yang hendak dibentuk MEG.

“Walaupun pemerintah senantiasa sampaikan hendak pertahankan kampung masyarakat aku tidak yakin jika cuma komunikasi semacam itu, aku ingin terdapat pesan tertulis,” kata Gerisman.

Baca yuk : Muhammadiyah Desak PSN Rempang Eco-City Dicabut: Sangat Bermasalah

Ia membenarkan tidak terdapat perundingan buat relokasi. Jika relokasi senantiasa dicoba katanya, warga hendak bersatu tiba ke relokasi buat membuat pagar betis.

“Jangan hingga kala cucu aku tanya dimana Tanjung Kertang (kampung yang terdampak), aku cuma dapat menampilkan di atas kertas, namun kampungnya telah tidak terdapat kata Gerisman.

Trijono, Direktur MEG berkata duduk bersama bermusyawarah serta mufakat, katanya, buat cari pemecahan permasalah pembangunan Pulau Rempang.

“ Walaupun pembangunan Pulau Rempang terletak di kampung masyarakat mereka hendak bangun cuma bersumber pada tata ruang Pemerintah Kota Batam. Apapun itu di Rempang, ujung-ujungnya kembali ke tata ruang, nanti bila terdapat yang tidak cocok di musyarawahkan, kita terdapat pemerintah,” kata Trijono.

Ia tidak ingin banyak bicara takut berbeda dengan apa yang di informasikan pemerintah. “Nanti banyak salah anggapan katanya.

Ia bilang, dalam waktu dekat tentu hendak terdapat musyawarah dengan masyarakat

Melibatkan warga

Muhammad Rudi, Kepala BP Batam sekalian Walikota Batam, memohon investor mengaitkan warga lokal dalam pengembangan Pulau Rempang.

Pelibatan yang diartikan tidak cuma tenaga kerja, namun pula dalam pembelajaran BP Batam hendak memfasilitasi para pelajar SMA asal Rempang dalam pembelajaran vokasi ke depannya.

“Kita wajib siapkan man power planning. Aku hendak berbicara dengan sebagian universitas buat mempersiapkan pembelajaran vokasi. Jadi, anak-anak kita dapat berpeluang buat ikut aktif dalam pembangunan Kota Batam,” katanya dalam siaran pers Mei yang lalu

Rudi bilang, warga Pulau Rempang bakal jadi bagian berarti dalam pengambangan kawasan ke depan. “Yang berarti seluruh di cek cocok rencana perinci tata ruang serta variabel teknis yang lain. (Reko Suroko)

Sumber : Mongabay, edisi Juli 2023

Berita Terkait

Top