Kumulai Hariku Dengan Bismillah
Kumulai hariku dengan bismillah. (foto: www.bestwhatsappstatuses.com)
Oleh : Reko Suroko
Mas Reko , Surakarta -Kumulai hariku dengan bismillah, lebih tepatnya kumulai pagiku dengan bismillah. Kuyakini dengan bismillah semua kesibukan yang kulakukan karena Allah. Ini bukan berarti aku sok bukan, karena itu keyakinanku, maka wajib kuamalkan.
Baca juga : Aku Bukan Apa – apa
Soal keyakinanku sama atau tidak dengan pembaca, bukan masalah. Bagiku perbedaan adalah anugerah. Anugerah yang mesti disyukuri.
Mengerjakan Pekerjaan Rumah
Seperti hari-hari sebelum Ramadhan, aku memulai dengan ngeteh, minum teh, di kios mungil Pak Sawal dekat Pasar Sidodadi, atau lebih akrab dengan sebutan Pasar Kleco.
Baca juga ; Negeriku Sedang Gaduh Mafia Minyak Goreng
Lantaran dekat pasar, akupun magmpir beli kopi yang gulanya dari aren. Harganya murah, serenteng hanya Rp 10 ribu dan isinya 15 bungkus.
1. Membuang Kotoran Kucing
Agar kucing induk dan ketiga anaknya tidak tepat, maka kusiapkan toilet’ buat mereka. Namun, setiap pagi aku menyaringnya, untuk berhemat pasir. Karena pasirnya Rp 2.500/Kg, minimal butuh empat kilogram pasir. Sedangkan untuk menambah pasir, bila berkurang, butuh dua kilogram. Supaya bila kucing akan mengubur hasil beolnya dapat menimbunnya. Tidak kepentok kotak plastik, dasar ‘toilet’nya.
2. Mencuci Piring
Awalnya aku selalu menampilkan bila harus kucuci atau barang pecah belah yang lain. Namun, setelah mendengar kisah dari ayah ustadz Habib Novel bin Muhammad Alaydrus atau Habib Novel Alaydrus, yang selalu cuci piring.
Menurut ustadz Novel, jika dilarang ayahnya selalu mengatakan bahwa itu adalah sedekahnya. “Setiap pagi, selepas sholat subuh, ayah selalu bersedekah dengan jalan cuci piring,” kata Habib Novel.
Maka, kata Habib Novel, jangan remehkan cuci piring. Itu bisa diubah menjadi sedekah, soal yang diterima Allah atau tidak urusan lain, katanya.
3.Memberi Makan Kucing
Aku berpenampilan bila yang memberi makan selalu aku. Padahal di rumah masih ada dua anakku, laki-laki.
Ternyata mereka sudah memiliki tugas masing-masing, yang nomor duanya bertemu rezeki. Sedangkan untuk menyimpan dan menyetrika, bersih-bersih rumah.
Tugas itu tak dibagi secara terbuka, tapi berjalan dengan sendirinya. Akupun akhirnya menyesuaikan dengan pola itu. Karena sekarang saya sudah tidak bekerja dan hanya bergantung kepada anak-anak.
Akupun Rebahan
Setelah semua tugas yang baku kukerjakan, aku pun istirahat. Karena ragaku mulai lelah. Ini resiko penyakitku gagal jantung.
Sungguh benar yang tahu kapan lelah atau tidak hanya aku. Maka setiap merasa lelah, aku langsung rebahan.
Pagi ini dapat rejeki berupa pisang Ambon dari adikku, setelah dia sekeluarga main ke Kopeng, Salatiga. Adikku tinggal bersebelahan denganku.
Setelah kurasa aku segar kembali, akupun mencari makan pagi. Meski begitu, selepas subuh aku sudah menyeduh kopi dan menikmati jajanan dari pasar, namun perut mulai lapar.
tempat aku tinggal di Solo, namun untuk menikmati soto gaya Semarang masih sering kulakukan. Tentu, bab rasa jangan disamakan dengan Soto Ayam Bangkong, atau Soto Ayam Mas Budi di Jati, Banyumanik, Semarang.
Di sini yang jualan tetanggaku dari Weru, Sukoharjo. Dan ‘ilmunya’ dari kakaknya yang tinggal di Semarang. Awalnya dia jualan bubur kacang hijau keliling, sejak belajar itu dia beralih profesi.
Minum obat
Jadwalku minum obat pagi hampir lupa. Akupun menyediakan obat sendiri, tentu saja aku meminum spiro dan Bisoprolol dengan air putih. Entah kapan aku meminum obat-obat itu, maksudku jenisnya. Mungkin dinyatakan sejak gagal jantung mulai kuminum, sekitar tahun 2020 akhir.
Sebelumnya aku minum obat herbal yang kuramu sendiri. Ada bawang putih, kunyit, madu dan kadang-kadang kutambah serai. Ramuan ini karena ide dari teman, juga hasil berselancar di google. Google banyak membantuku. ***